Takdir



PERTANYAAN :
Assalamua'laikum akhi thoriq ,maaf sebelumnya ,saya mau tanya ? Tentang Allah maha mengetahui.,
1. Akhi., Allah itukan maha mengetahui apa yang akan terjadi nanti., betulkan..?
Brarti Allah kelak pasti sudah tau siapa kelak yang akan masuk surga dan yang masuk neraka., dan berapa jumlahnya, brarti klo begitu sama saja orang2 penghuni surga dan neraka sudah ditetapkan Allah !!! Menurut akhi thoriq bagaimana? Maaf kalau saya bertanya agak nyeleneh akhi, karna sedikitnya ilmu akhi., trimakasi sebelumnya,


 JAWABAN :

Saudaraku, masalah kemahatahuan Allah SWT, adalah hal yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Dan termasuk  pengetahuan Allah meliputi  segala hal termasuk yang antum sebutkan. Yaitu siapakah kelak yang masuk neraka dan siapa pula yang akan selamat mendapatkan syurganya. Firman Allah SWT :


قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ الْغَيْبَ إِلا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu. (Thaahaa:98)
Katakanlah tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allah.”” (QS An Naml 65)

Dan pertanyaan ini kaitannya dengan Takdir. Pengertian Takdir adalah ketetapan dari Allah untuk hamba-hambanya, tentang pembagian rizqi, jodoh, kematian dan lainnya,  termasuk celaka atau selamatnya seorang hamba  diakhirat kelak.  Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah salah seorang dari kamu melainkan telah dituliskan tempat duduknya, apakah ia termasuk penduduk neraka atau penduduk surga” (HR. Imam Bukhari)

Demikian adanya Takdir. Semua hal dan kejadian  telah tertulis  di Laukh makhfudz sebagai ketetapan dari-Nya. Firman-Nya : “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di Bumi dan (tidak pula) pada dirimu  sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya.” (QS Al Hadid 22)
Dan keterangan lainnya,Rasulullah SAW bersabda : “Allah telah menulis (di Lauhu Mahfuzh) segenap takdir makhluk 50.000 tahun sebelum Ia menciptakan langit dan bumi.”” (HR. Muslim)

Dan mengenai Takdir atau ketetapan Allah yang berkaitan dengan  hamba-hambanya diakhirat kelak. Keterangan tentang hal ini bisa kita dapatkan  dalam hadits-hadits Rasulullah SAW diantaranya :
1.  Tidaklah salah seorang dari kamu melainkan telah dituliskan tempat duduknya, apakah ia termasuk penduduk neraka atau penduduk surga.” (HR. Imam Bukhari)

Imam Abu Ja’far Ath Thahawi (239 – 321 H) pada kitabnya Al Aqidah  Ath Thahawiyah mengatakan, “Semenjak dahulu kala Allah Ta’ala telah mengetahui berapa jumlah hamba-Nya yang akan masuk surga dan yang akan masuk neraka.  Total dari jumlah itu tidak akan bertambah dan tidak akan pula berkurang.

2.  Beliau SAW bersabda : “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah. Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga (40 hari). Kemudian menjadi gumpalan seperti sekerat daging selama itu pula. Kemudian diutus kepadanya seorang Malaikat maka ia meniupkan ruh kepadanya dan ditetapkan empat perkara, ditentukan rezkinya, ajalnya, amalnya, sengsara atau bahagia. Demi Allah yang tiada illah selain Dia, sungguh salah seorang di antara kalian ada yang beramal dengan amalan ahli Surga sehingga tidak ada di antara dia dan Surga melainkan hanya tinggal sehasta, maka telah mendahuluinya ketetapan takdir, lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka sehingga ia memasukinya. Dan sungguh salah seorang di antara kalian ada yang beramal dengan amalan ahli neraka sehingga tidak ada antara dia dan neraka melainkan hanya tinggal sehasta. Maka telah mendahuluinya ketetapan takdir, lalu ia beramal dengan amalan ahli Surga sehingga ia memasukinya.” (HR. Bukhari 6/303 -Fathul Bari dan Muslim 2643)
3.   Dalam Ash Shahihain dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : Allah mewakilkan seorang Malaikat untuk menjaga rahim. Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Nuthfah, Wahai Rabbku! Segumpal darah, wahai Rabbku! Segumpal daging.” Maka apabila Allah menghendaki untuk menetapkan penciptaannya, Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan? Apakah (nasibnya) sengsara atau bahagia? Bagaimana dengan rezkinya? Bagaimana ajalnya?” Maka ditulis yang demikian dalam perut ibunya. (Mutafaqqun ’alaih)
4.   Dalam riwayat lain :

Malaikat masuk menuju nuthfah setelah nuthfah itu menetap dalam rahim selama 40 atau 45 malam, maka Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Apakah (nasibnya) sengsara atau bahagia?” Lalu ia menulisnya. Kemudian berkata lagi : “Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan?” Lalu ia menulisnya dan ditulis (pula) amalnya, atsarnya, ajalnya, dan rezkinya, kemudian digulung lembaran catatan tidak ditambah padanya dan tidak dikurangi. (HR. Muslim)

5.    Dalam hadits ‘Ubadah bin Shamit r.a  Nabi SAW bersabda : Pertama kali yang Allah ciptakan adalah pena (Al Qalam). Lalu Dia berfirman kepadanya : “Tulislah!” Maka pena menuliskan segala apa yang akan terjadi hingga hari kiamat. (HR. Abu Daud, Tirmidzi  dan selain keduanya. Dishahihkan oleh Syaikh Salim Al Hilali dalam Iqadzul Himam)
Dan masih banyak nash yang menyebutkan bahwa penetapan takdir seseorang apakah ia termasuk orang yang bahagia atau sengsara telah ditulis terdahulu. Antara lain dalam Shahihain dari Ali bin Abi Thalib ra. bahwasanya Nabi SAW bersabda : “Tidak ada satu jiwa melainkan Allah telah menulis tempatnya di Surga atau di neraka dan telah ditulis sengsara atau bahagia.”

 Lantas bagaimana menyikapinya ?
Sebagai orang beriman tentunya kita harus mengimani adanya takdir dari Allah SWT, karena hal ini adalah termasuk rukun iman. Hanya saja, tentunya akan timbul pertanyaan yang sangat manusiawi ; ‘jika semua sudah ditentukan, kenapa kita harus beramal ?’, ‘jika sudah ada takdir, mengapa harus ada ikhtiar (usaha) ?’ Dan pertanyaan-pertanyaan serupa seputar masalah adanya penetapan dari Allah ini.
Saudaraku, yang mempunyai sifat kritis seperti ini bukanlah hanya kita. Justru Sahabat Nabi SAW telah menanyakan hal ini jauh sebelum kita. Mari kita simak hadits berikut :
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Tidak ada satu jiwa melainkan Allah telah menulis tempatnya di Surga atau di neraka dan telah ditulis sengsara atau bahagia.” Maka seorang laki-laki berkata : “Wahai Rasulullah! Mengapa kita tidak mengikuti (saja) ketentuan kita (yang telah ditulis) dan kita tinggalkan amal?” Maka beliau bersabda : “Beramal-lah, maka setiap orang akan dimudahkan terhadap apa yang ditetapkan baginya. Adapun orang yang bahagia akan dimudahkan baginya untuk beramal dengan amalan orang yang bahagia. Adapun orang yang sengsara akan dimudahkan baginya untuk beramal dengan amalan orang yang sengsara.” Kemudian beliau membaca  ayat  :
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى  وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى 
Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (Surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (QS. Al Lail : 5-7) (HR. Mutafaqqun ‘alaih)
Di hadits lain, diriwayatkan : Rasulullah saw. ditanya: "Wahai Rasulullah! Apakah sudah diketahui orang yang akan menjadi penghuni surga dan orang yang akan menjadi penghuni neraka? Rasulullah saw. menjawab: Ya. Kemudian beliau ditanya
lagi: Jadi untuk apa orang-orang harus beramal? Rasulullah saw.
menjawab: Setiap orang akan dimudahkan untuk melakukan apa yang telah
menjadi takdirnya.
"(Shahih Muslim No.4789)
Dari hadits diatas kita sudah mendapatkan jawaban dari perttanyaan kita mengenai masalah ini. Ketika Rasulullah mengatakan “Ya”, itu artinya Takdir siapa yang masuk ke Surga dan Neraka itu sudah ditentukan dalam artian Tuhan sudah mentakdirkan Kriteria atau Penilaian siapa yang akan masuk ke Neraka atau Surga. Misalnya, orang yang di Ridhoi Tuhan maka Takdirnya adalah masuk surga, dan org yang mengkhianati Tuhan maka Takdirnya adalah masuk neraka. Dan ikhtiar kita adalah bagaimana kita berada dalam golongan orang-orang  yang diridhoi Allah SWT.
Jadi pada intinya, informasi Takdir dari Allah dan Rasul-Nya adalah untuk kebaikan kita. Apa diantarnya ?  yaitu :  Membuat kita husnudzan akan ketetapannya, tidak mungkin kita yang dalam kondisi mentaatinya akan didzalimi dengan dilemparkan ke dalam  neraka. Dan juga informasi takdir ini bertujuan, membuat kita teguh manakala menerima musibah, karena memang musibah tersebut telah ditakdirkan oleh-Nya. Sebaliknya, manakala kita berhasil, kita tidak  congkak membanggakan diri karena hal ini juga merupakan ketetapan dari Allah SWT.
Demikianlah, dengan  adanya ‘informasi’  takdir yang kita terima bukan malah sebaliknya, membuat kita malas dan apatis dalam menjalani kehidupan. ‘ah, ngapain juga beramal, toh kalau memang dijatahkan masuk syurga kan masuk juga akhirnya.’
Bacalah ayat :  
 إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

 "Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” ( QS 13;11 )

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

"Katakanlah :Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS At-Taubah : 105)
Lihatlah ayat diatas, Allah tidak mengatakan : ‘lalu diberitakan kepadamu apa yang sudah ditakdirkan kepadamu.’ Demikianlah adanya, karena memang takdir ini adalah kehendak Allah SWT dan siapakah kranya yang mampu menolak kehendaknya ? Namun meskipun demikian, kehendak itu tidak akan bertentangan dengan sifat-Nya yang maha adil.
Dan lagi pula, ilmunya Allah tidak bisa kita sederhanakan dalam mengartikannya, termasuk dalam masalah Takdir. Jangan sederhanakan penulisan Takdir dari-Nya dilaukh Makhfudz seperti tertulisnya ‘daftar menu makanan’ atau daftar ‘label harga barang’. Kita harus mengembalikan permasalahan Takdir  kepada Allah SWT sebagai pemilik ilmu tentangnya. Takdir adalah kehendak Allah, sedangkan ikhitar adalah sesuatu yang diinginkan Allah dari kita untuk-Nya. Maka sikap kita seharusnya adalah :
1.   Karena takdir adalah kehendak Allah jangan campuri urusan Allah, cukuplah kita dengan mengimaninya. Firman-Nya : “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai.”” (Al Anbiya’ 23)
2.   Ikhtiar adalah adalah apa yang diinginkan Allah dari kita, maka sempurnakanlah ikhtiar dengan mempelajari ilmunya, pengamalannya dan segala hal yang terkait dengannya.
Untuk mendekatkan pemahaman kita kepada rahasia takdir Allah SWT, mari kita simak penjelasan beberapa ulama’ tentang takdir di bawah ini. Diantaranya ada yang mengistilahkan takdir dengan :
1.      Qauli
2.           Syar’i
3.           Ghaibi
Contoh paling gampang adalah ketika kita melalui suatu ujian. entah itu ujian di sekolah, ujian kehidupan, ujian untuk memasuki suatu perguruan tinggi maupun ujian apapun. Gimana caranya kita dapat bernasib baik atau bertaqdir baik adalah melalui proses diatas. Pertama Qauli. Qauli disini artinya mengusahakan untuk mendapatkan nilai yang baik dengan mempersiapkan segala sesuatu alias belajar dengan baik. Jika kita tidak belajar dengan baik maka jangan salahkan taqdir kalau nilai kita jelek.
Jika kita sudah mempersiapkan diri dengan baik langkah berikutnya adalah melaksanakan syar’i. Arti dari syar’i ini adalah bahwa kita tidak boleh meninggalkan ibadah wajib yang telah diwajibkan oleh Allah SWT dan jangan lupa untuk berdoa agar kita diberikan kemudahan dalam melaksanakan ujian dan diberikan hasil yang terbaik. Jika kita tidak melakukan tahap kedua ini dan mendapatkan taqdir yang jelek maka jangan salahkan taqdir.
Tahap ketiga, Ghaibi adalah keyakinan bahwa apapun yang terjadi adalah kehendak Allah SWT. artinya ketika kita telah melaksanakan tahapan pertama dan kedua dengan baik, namun mendapatkan hasil yang tidak baik atau gagal maka itu adalah kehendak Allah, mungkin Allah telah menyiapkan sesuatu yang lebih baik untuk kita. Artinya semisal dalam mempersiapkan ujian SPMB kita telah belajar dengan baik, mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, berdoa, tidak meninggalkan ibadah wajib bahkan mungkin disertai dengan ibadah2 sunah seperti tahajud namun ternyata gagal alias tidak ketrima maka itu sudah kehendak Allah. Yang pasti Allah akan memberikan sesuatu yang terbaik bagi hambaNya yang bertawaqal. Setiap kehidupan kita, bagaimana kita mendapatkan rejeki itu juga melalui 3 rangkaian tahapan tersebut. apapun yang terjadi pada diri kita maka 3 rangkaian itu berpengaruh. Termasuk dalam mencari jodoh
mengarungi kehidupan sehari-hari dan sebagainya. Wallahu’alam bis Shawab.

0 comments

Post a Comment