Sekilas Tentang Ikhwanul Muslimin

Ikhwanul Muslimin (terkadang dikenal pula dengan nama Ikhwanul Muslimun, yang kemudian sering di singkat dengan sebutan Ikhwan) adalah pergerakan Islam yang didirikan oleh Hasan Al Banna (1906-1949 M) di Mesir pada tahun 1941 M. Diantara tokoh-tokoh pergerakan ini ialah : Said Hawwa, Sayyid Quthub, Muhammad Al Ghazali, Umar Tilimsani, Musthafa As Siba'i, Yusuf Qaradhawi dan lain sebagainya.
Ikhwan Muslimin adalah salah sebuah gerakan Islam terbesar di zaman modern ini. Seruannya ialah kembali kepada Islam sebagaimana yang termaktub di dalam al-Qur'an dan al-Sunnah serta mengajak kepada penerapan Syari'at Islam dalam kehidupan nyata. Gerakan ini telah mampu membendung arus sekulerisasi di Dunia Arab dan Islam.
Ikhwanul Muslimin telah mengadopsi da'wah dari berbagai sumber yang menjadi gerakan da'wahnya. Ia tidak hanya menekankan kepada pentingnya pembersihan jiwa (manajemen qolbu) tetapi juga merujuk pada dalil-dalil yang shahih serta selalu melakukan perbaikan aqidah dan pentingnya kembali kepada al-Qur'an dan al-Sunnah dan membersihkan dari segala bentuk kemusyrikan untuk mencapai kesempurnaan tauhid.
Da'wah Ikhwanul Muslimin banyak dipengaruhi gerakan da'wah yang dibawa oleh generasi salafus shalih. Pendirinya tetap terbuka dengan perkembangan zaman dan menggabungkan kebaikan-kebaikan yang ada pada di dalamnya. Pada umumnya da'wah tersebut mengambil metode-metode da'wah yang di bawa oleh Rasulullah yang melandasi gerakan da'wah ini.
Hasan al-Banna merangkum semua pemahaman tersebut dalam da'wahnya. Ditambah pula dengan konsepsi-konsepsi yang sesuai dengan kebutuhan zaman dan lingkungan. Sehingga da'wahnya mampu menghadapi berbagai arus yang melanda Mesir dan kawasan lain. Gerakan ini dimulai di Isma'iliyyah kemudian beralih ke Kairo. Dari Kairo tersebar ke berbagai pelosok dan kota di Mesir. Akhir tahun 40-an, cabang Ikhwan di Mesir sudah mencapai 3000. Tiap cabang memiliki anggota yang cukup banyak.
Gerakan tersebut kemudian meluas ke negara-negara Arab. Ia berdiri kukuh di Suriah, Palestina, Yordania, Libanon, Iraq, Yaman dan lain-lain. Dewasa ini anggota dan simpatisannya tersebar di berbagai penjuru dunia. Diantaranya juga telah menyebar di Asia seperti Jepang, Malaysia, Indonesia dan lain-lain. Penyebaran Ikhwanul muslimin sangat rapi dan dilakukan dengan terorganisir dan sistematis. Gerakan ikhwan ini yang tersebar ke seluruh dunia kadang-kadang tidak menyebutkan dirinya sebagai Ikhwanul Muslimin tetapi menggunakan nama lain. Pada dasarnya tujuan mereka sama yaitu mengajak manusia ke dalam sistem Islam yang kaffah berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah.
Pergerakan ikhwanul muslimin ini secara lahiriah sangat rapi dan tidak terlihat anarkhis sebagaimana gerakan-gerakan radikal lain, begitu juga dalam hal aqidah tidak pernah dipertentangkan masalah-masalah yang mereka anggap furu' (cabang)
Pemahaman Ikhwan Muslimin terhadap Islam bersifat universal, tidak mengenal adanya pemisahan antara satu aspek dengan aspek lainnya. Ikhwan berusaha keras memperluas kawasan geraknya sampai menjadi sebuah gerakan internasional. Sejarah mencatat bahwa pengakuan atas kemerdekaan Republik Indonesia diawali dari Mesir, dan tokoh penggeraknya tidak lain dan tidak bukan adalah Hasan al-Banna sendiri, sang pendiri Ikhwanul Muslimin.
Pengakuan atas kedaulatan RI tidak diawali dari Uni Soviet dan RRC (negara-negara sahabat terdekat RI saat masa pemerintahan Soekarno), Amerika Serikat (yang konon meyakini hak asasi manusia sebagai makhluk merdeka), apalagi para mantan penjajah semisal Belanda, Jepang, Inggris dan Portugis. Tidak. Pengakuan kedaulatan negeri kita datang dari tanah yang jauh, dikompori oleh seorang pemimpin yang tidak kita kenal namanya sebelum itu, yaitu Hasan al-Banna.
Hasan al-Banna tidak pernah menginjakkan kaki ke tanah Indonesia, tidak paham sedikitpun bahasa Indonesia (kecuali kata-kata yang kita serap dari bahasa Arab, mungkin), dan jelas tidak ada hubungan darah dengan bangsa kita (kecuali kalau dirunut hingga Nabi Adam as.). Apa yang membuatnya tergerak untuk dengan senang hati mengajak seluruh umat Islam di Timur Tengah khususnya untuk mengakui kedaulatan sebuah negeri di antara dua benua dan dua samudera ini ?
Hasan al-Banna tidak tahu bahwa sebagian umat Islam Indonesia gemar menyembah batu, berziarah ke kuburan para kyai yang sebagiannya dengan cara yang penuh khurafat, bahkan melarung berbagai jenis sesajen demi sang ratu jin penguasa laut selatan. Hasan al-Banna tidak tahu bahwa meskipun mayoritas bangsa Indonesia memang Muslim, tapi pemahamannya terhadap Islam amat sangat rendah, sedemikian rendahnya sampai-sampai korupsi terbesar justru berasal dari Departemen Agama. Yang diketahui oleh beliau hanyalah bahwa Indonesia menampung sejumlah besar Muslim, dan karenanya pantas untuk dibela.
Hasan Al Banna sangat serius menjaga harakah dakwahnya agar jangan sampai menjadi harakah iqlimiyah (gerakan lokal) di wilayah mesir saja. Beliau ingin agar dawahnya bersifat alamiyah (internasional). Beliau aktif mengirim utusan ke berbagai wilayah dunia Islam untuk melakukan observasi kondisi Muslim setempat, kemudian hasilnya di Kairo. Markas umum Ikhwanul Muslimin menjadi tempat bertemunya berbagai para aktifis Islam dari seluruh dunia, dari Afrika, Yaman, India, Pakistan, Indonesia, Afganistan, Sudan, Somalia, Suria, Irak, Palestina, dll. Hasan Al Banna mengibarkan panji jihad untuk menghadapi penjajah asing. Beliau juga secara khusus memobilisir jihad untuk pembebasan Palestina.
Beliau juga membentuk Komite Solidaritas bagi Kemerdekaan Indonesia, dan menjadi ketuanya. H. Agus Salim, Bung Syahtit, Mr. Nazir Pamentjak. Dr. H.M. Rasyidi dan M Zein Hassan menyampaikan rasa terima kasih Bangsa Indonesia ke hadapan Hasan Al Banna di kantor pusat Ikhwanul Muslimin di Kairo, atas dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia.
Puncaknya, pada tanggal 12 Februari 1949, beliau mencapai kesyahidannya setelah ditembak oleh antek-antek Raja Faruq secara pengecut di salah satu jalan di Kairo. Beliau berpulang ke rahmatullah pada usia 43 tahun. Imam syahid meninggalkan beberapa buku. Diantaranya yang paling fundamental adalah Majmuatur Rasail (kumpulan surat-surat) yang dihimpun dalam satu buku, dan Mudzakkirat Ad- Dawah wa Ad-Daiyah (Memoar Hasan Al Banna untuk Dakwah dan Para Dainya).
Imam syahid telah menghabiskan waktunya untuk menekuni dakwah dan tarbiyah. Beliau bangun jamaahnya dengan bertumpu pada proses tarbiyah untuk mencetak kader dakwah serta membangun kesadaran ummat yang selama ini tertidur pulas. Berbagai penindasan terjadi terhadap Ikhwanul Muslimin, misalnya pada masa Raja Faruq (1948), pada masa revolusi (Feb 1954), Oktober 1954, dan 1965. Demikian juga perlakuan yang sama menimpa mereka yang berada di negera lain termasuk di Indonesia. Alhamdulillah, Allah tetap memelihara dakwah ini sehingga meskipun beliau telah syahid, namun tunas-tunas dakwahnya terus tumbuh dan berkembang di seluruh penjuru bumi Allah. Wallahua’lam.

0 comments

Post a Comment