Assalamu’alaikum
Wr Wb
Ustadz
saya sering menemukan tulisan-tulisan di dalam undangan, bulletin jum’at dan
selebaran lainnya yang didalamnya ada tulisan semisal bismillah, ayat Qur’an
dan semisalnya. Padahal kadang selebaran tersebut tidak terjaga, dibuang,
terinjak-injak atau terlantar. Yang ingin saya tanyakan apa hukumnya perbuatan
tersebut ? Abdul Hamid, Sunyoto, Abdullah – Kaltim.
Bapak
pengurus tolong risalah yang diedar jangan dikasih basmallah/lafadz al Qur’an.
Junaidi - Bontang
Jawaban :
Pertanyaan
dan saran mengenai masalah ini, semua bertujuan mulia, yakni keinginan untuk
menjaga kesucian dan keagungan ayat suci al Qur’an dan lafadz jalalah lainnya.
Namun, masalahnya, benarkah bulletin yang memuat ayat al Qur’an itu dilarang
karena dikhawatirkan menodai kesucian ayat-ayat tersebut ? Inilah yang akan
kita bahas. Yang mana bisa disimpulkan,
status hukum yang hendak dikupas adalah mengenai :
1. Hukum bagi
orang yang membuat undangan, bulletin dll. yang memuat lafadz jalalah (kalimat
yang mulia semisal : basmallah, tulisan Allah, ayat dll), yang kemudian ditelantarkan.
2. Hukum bagi
orang yang menelantarkan, menginjak dan menghinakan selebaran tersebut.
Hukum Orang yang membuatnya
Membuat
undangan, surat, dan bulletin dengan mencantumkan ayat khususnya basmallah
secara umum adalah sebuah kebajikan dan disyariatkan, karena yang demikian itulah
yang dicontohkan Rasulullah Saw, dan juga dalam upaya menghidupkan syiar agama.
Rasulullah Saw dahulu mengirim surat kepada raja-raja dan
penguasa kafir dengan mencantumkan Basmallah dan juga menyertakan ayat al
Qur’an di dalam surat tersebut. Padahal Rasulullah Saw juga tahu, pasti sebagian
surat itu akan jatuh ketangan orang-orang kafir yang sangat besar kemungkinan
akan menghinakan surat tersebut. Dan benar, surat tersebut ada yang
dirobek-robek dan ada yang dicampakkan ke tanah. Namun, Rasulullah tetapa
melakukannya, bahkan mewasiatkan para shahabat untuk mengawali surat dengan
lafadz basmallah.
Namun bila kita ingin menimbang, jika memang diduga kuat
tulisan-tulisan itu nanti akan lebih banyak ditelantarkan serta tidak banyak
memberi manfaat, (semisal yang ada pada surat undangan karena kebanyakan hanya
untuk dekorasi) lebih baiknya untuk tidak memuat lafadz jalalah. Adapun yang
lebih banyak manfaatnya, tidak mengapa mencantumkan ayat, basmallah dan kalimat
mulia (lafadz jalalah) lainnya justru ini memiliki keutamaan.
Hukum Orang yang menelantarkan
lafadz jalalah
Sangat
tidak pantas dilakukan seorang muslim
menyia-nyiakan seperti membuang kertas-kertas yang mengandung kalimat yang
mulia (lafadz jalalah) di jalanan, gang-gang, atau tempat-tempat yang kotor,
karena di dalamnya mengandung unsur penghinaan dan merusak kesucian Al Qur’an,
hadis-hadis Nabi Saw dan zikir-zikir kepada Allah.
Orang
yang dengan sengaja menelantarkan selebaran yang memuat kalimat-kalimat yang
mulia semisal al Qur’an telah membuat kemunkaran dan dihukumi berdosa.
Hendaklah ia bertaubat kepada Allah Swt agar diampuni dosanya. Dan bagi orang
yang melihat kemunkaran ini hendaknya berusaha mencegahnya. Bila ia sengaja membiarkan
hal ini, padahal ia mampu untuk merubah
kemunkaran tersebut, maka ia turut pula mendapat dosanya.
Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa
di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan
tangannya. Jika tidak bisa melakukannya dengan tangannya, hendaklah ia
mengubahnya dengan lisannya. Jika tidak bisa melakukannya dengan lisannya,
hendaklah ia melakukan dengan hatinya. Itulah iman yang paling lemah” (HR.
Muslim)
Al Imam An Nawawi menyatakan,
“Ulama telah menyatakan bahwa amar ma’ruf nahi mungkar tidak dikhususkan kepada
orang yang berwenang saja, akan tetapi boleh bagi muslim secara individu.”[1]
Fatwa Ulama tentang Masalah ini
Syaikh bin Baz berfatwa : “Penulis (lafadz
jalalah) telah melakukan perkara yang disyariatkan yakni menuliskan ucapan tasmiyah
(basmillah). Bila ia menyebutkan ayat Al-Qur`an yang sesuai di kartu/surat
undangan tersebut maka tidak menjadi masalah. (hanya saja) orang yang menerima
surat undangan tersebut wajib untuk memuliakannya, karena di dalamnya ada
ayat-ayat Allah subhanahu wa ta’ala. Jangan dibuang di tempat sampah
atau di tempat hina lainnya. Kalau sampai surat undangan bertuliskan ayat
Al-Qur`an itu ia hinakan, maka ia berdosa. Adapun si penulisnya tidaklah
berdosa. Nabi Saw sendiri memerintahkan sahabatnya untuk menuliskan ‘Bismillahir
rahmanir rahim’ pada surat-surat yang beliau kirimkan. Dan terkadang beliau
memerintahkan untuk menulis beberapa ayat Al-Qur`an dalam surat tersebut.
Dengan demikian, orang yang menulis
hendaklah menuliskan tasmiyah sesuai dengan yang disyariatkan, dan ia
menyebutkan beberapa ayat berikut hadits-hadits ketika dibutuhkan. Sedangkan
orang yang menghinakan tulisan tersebut atau surat tersebut, ia berdosa.
Semestinya ia menjaganya, atau bila ingin membuangnya (karena sudah tidak
terpakai) hendaknya ia bakar atau dipendam. Bila dibuang begitu saja di tempat
sampah, menjadi mainan anak-anak, menjadi pembungkus barang atau yang
semisalnya, ini tidaklah diperbolehkan.
Kebanyakan manusia tidak memerhatikan
perkara ini, sehingga harus diberi peringatan. Semuanya ini merupakan
kemungkaran yang harus dicegah. Wallahul musta’an.”[2]
Tentang
bulletin kami
Berikut
penjelasan ringkas mengenai bulletin kami terkait masalah ini.
1. Bulletin
tidak mencantumkan ayat dan hadits
Bulletin
yang kami terbitkan, memang tidak mencantumkan ayat al Qur’an,dan hadits dalam
teks aslinya. Hal ini karena beberapa pertimbangan. Pertama, karena kami
memandang hal ini tidaklah urgen, karena Pesan dakwah, kami pandang sudah bisa
disampaikan meskipun hanya lewat terjemahannya. Kedua, space halaman
yang sangat terbatas, bila mencantumkan ayat dan hadits, tentu ini akan memakan
banyak tempat.
2. Mencantumkan
Basmallah
Adapun bacaan basmallah kami cantumkan karena
demikianlah risalah/surat Rasulullah
Saw, para salaf dan syiar-syiar agama dibuat. Demikian pula kitab –kitab
ditulis oleh para ulama dengan diawali lafadz basmallah. karena Lafadz ini
adalah kalimat suci penuh berkah. Yang Rasul Saw bersabda tentangnya : "Tiap-tiap
pekerjaan yang baik tidak dimulai dengan Bismillah,maka pekerjaan itu akan
potong atau terputus." (HR. IBnu Hibban)
3. Memakai
font Arab untuk Swt, Saw dll.
Sebagaimana
diketahui, sebagian ulama telah melarang menyingkat lafadz-lafadz seperti subhanallahu
wa ta’ala dengan Swt, atau Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan Saw
dan seterusnya. Maka kami menggunakan font-font arab untuk menulis lafadz
jalalah tersebut guna terhindar dari ikhtilaf pendapat. Jika ditanyakan kenapa
tidak ditulis lengkap saja kalimat semisal subhanallahu wa ta’ala ? Jawabannya,
selain kami pandang bahwa menulis dengan lafadz aslinya boleh-boleh saja
hukumnya, lagi-lagi juga karena pertimbangan efesiensi. Karena bila
tanpa disingkat, bisa satu halaman cuma untuk berisi kata subhanallahu wa
ta’ala dan Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Khatimah /penutup
Bulletin
kami bukanlah pamflet yang dihambur dijalan, yang dapat dipastikan akan
terinjak-injak, dan hanya bagi yang mau membacanya yang akan memungutnya.
Tetapi, bulletin ini kami letakkan
ditempat yang mulia lagi suci, dihadapan orang-orang yang telah bersuci dan
ingin mensucikan dirinya dihadapan dzat yang suci, di hari yang mulia penuh
berkah. Apanya yang salah dari kami ?
Yang
bisa dipersalahkan adalah apabila kita tidak menasehati orang-orang yang sengaja
menginjak-injak bulletin padahal kita mampu melakukannya.
Yang
juga bisa dipersalahkan adalah orang tua yang membiarkan anak-anak memakai
risalah agama yang diperuntukkan untuk dibaca, dijadikan mainan
‘pesawat-pesawatan’ padahal dia juga memiliki kemampuan untuk mencegahnya.
Yang juga
bisa dipersalahkan adalah apabila takmir atau penjaga masjid yang seharusnya
memungut bulletin yang ditinggalkan jama’ah, malah ia membuangnya ditempat
–tempat sampah.
Dan
yang paling patut dipersalahkan adalah seorang muslim yang berakal, sehat, bisa
melihat. Namun sengaja menghinakan
risalah agama, padahal dia datang ke masjid dalam rangka memenuhi panggilan
agama.
Saudaraku,
jika kita belum tahu hal ini sebelumnya, semoga tulisan ini bisa memberikan
kepahaman. Dan semoga Allah mengampuni kealpaan kita. Allahumma amin. Wallahu
a’lam.
0 comments
Post a Comment