
Allah ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا
صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
“Wahai para Rasul makanlah kalian dari makanan-makanan
yang baik-baik dan kerjakanlah amal-amal yang shalih, sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang kalian lakukan.” (Al-Mukminun : 51 )
Dan firmanNya :
كُلُوا
وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
“Makan dan minumlah kalian dari rizki Allah dan
janganlah kalian berlebihan dimuka bumi sebagai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (Al Baqarah : 60)
Berikut ini diantara tuntunan luhur sunnah nabawi bagi
siapapun yang ingin mendapatkan berkah atas rizqinya dan ingin mendapatkan ganjaran pahala atas setiap
suapan makanan yang masuk ke mulutnya.
1. Mencuci Tangan
Sebelum Dan Sesudah Makan
Sahabat Anas a berkata, "Aku mendengar Rasulullah n
bersabda,
‘Barangsiapa menginginginkan agar Allah
memperbanyak kebaikan rumahnya, maka hendaklah ia berwudhu ketika santapannya
datang dan diangkat." (HR. Baihaqi dan Ibnu Majah)
Beliau
juga bersabda : “Barangsiapa yang tidur dan pada tangannya masih melekat
ghamar[1] dan
tidak membasuhnya kemudian dia terkena sesuatu, makan janganlah dia menyalahkan
kecuali pada dirinya sendiri .“ (HR. Ahmad, Abu Dawwud dan
lainnya)
Disebutkan dalam al Mausu’ah : “Dianjurkan
untuk mencuci tangan sebelum makan. Agar ketika kedua tangan tersebut digunakan
untuk makan, dalam kondisi bersih, sehingga menghindarkan seseorang tertimpa
penyakit karena adanya kotoran. Dan dikatakan bahwa seperti itu (mencuci tangan
sebelum makan) mencegah kefakiran. Sebagaimana disebutkan dalam hadits : “Wudhu
sebelum makan mencegah kefakiran.”[2]
2.
Makan Dengan
Berjama’ah
Berkumpul
bersama menghadapi
hidangan makanan adalah termasuk tuntunan sunnah. Dengannya Allah l
akan mendatangkan keberkahan dalam makanan tersebut, sebagaimana disebutkan
dalam sebuah hadits seseorang datang kepada Rasulullah n dan
berkata : “Ya Rasulullah, kami ini setiap kali menyantap
makanan tidak pernah
kenyang.”
Maka Rasulullah berkata :
"Pasti masing-masing kamu makan sendiri-sendiri.” Orang tersebut menjawab : “Benar ya
Rasulullah.” Maka beliau berkata :
فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكمْ , فَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ
عَليهِ, يُبَارَكْ لَكمْ فِيهِ
“Berjama'ahlah
dalam menyantap hidanganmu dan sebut nama Allah padanya, niscaya akan
mengandung berkah bagimu.”
( HR. Abu Dawwud dan Ahmad)
Diriwayatkan
dalam hadits lainnya, Rasulullah n
bersabda tentang hal makan berjama’ah :
طَعَامُ الوَاحِدِ يَكفِي الإثْنَيْنِ, وَطَعَامُ الإثْنَيْنِ يَكفِي
اْلأَرْبَعَةَ, وَطَعَامُ اْلأَرْبَعَةِ يَكفِي اْلثَمَانِيَةَ
"Sesungguhnya
makanan satu orang itu akan mencukupi untuk dua orang, makanan dua orang akan
mencukupi untuk tiga atau empat orang, dan makanan empat orang cukup untuk delapan orang.” (HR. Muslim)[3]
3.
Membaca Dzikir-Dzikir
(Doa) Makan
Berikut ini diantara dzikir dan doa yang dibaca dikala
menghadapi hidangan.
1. Doa Sebelum makan
Membaca basmallah atas
makanan adalah sebuah tuntunan sunnah yang hendaknya tidak ditinggalkan oleh
seorang muslim. Agar ia tidak memberikan keluasan kepada syaitan untuk
menguasai dirinya. Nabi n bersabda :
إِنَّ الشَّيطَانَ يَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ إِلَّا يُذْكَرَ اسْمَ اللهِ
عَليهِ
”Sesungguhnya
syaithan menghalalkan makanan (yang dimakan oleh manusia yang ia mendapatkan
bagian daripadanya), kecuali yang disebutkan nama Allah atasnya.” (HR. Muslim)
Dari ’Aisyah j ia berkata, Telah bersabda
Rasulullah n : ”Apabila salah seorang di antara
kalian makan, maka katakanlah : ’bismillah’ (dengan menyebut nama Allah). Jika
ia lupa (menyebut) di awalnya, maka katakanlah (ketika ingat) :
بِسْمِ اللَّهِ فِي أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ
“ Dengan
menyebut nama Allah di awal dan di akhirnya.” (HR.
Tirmidzi)
Ada
juga lafadz doa sebelum makan seperti berikut ini, hanya saja riwayat dari
hadits ini lemah.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا
رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّار
“Ya
Allah berkahilah rizki yang telah Engaku berikan kepada kami dan jauhkanlah
kami dari siksa neraka.”[4]
2. Doa sesudah makan
Doa sesudah makan adalah dengan mengucap hamdalah, yakni pujian
kepada Allah. Anas bin Malik a meriwayatkan bahwa Rasulullah n bersabda : “Sesungguhnya
Allah meridhai seorang hamba yang ketka makan suatu makanan lalu dia
mengucapkan Alhamdulillah. Dan apabila dia minum suatu minuman maka diapun
mengucapkan : Alhamdulillah.”[5]
Ada beberapa jenis hamdallah
yang dibaca setelah makan, yang ditambahkan pada lafadz : Alhamdulillah,
yakni diantaranya adalah :
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا
مُبَارَكًا فِيهِ غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلاَ مُوَدَّعٍ وَلاَ مُسْتَغْنًى عَنْهُ
رَبَّنَا
“Segala puji bagi
Allah (Aku memujiNya) dengan pujian yg banyak, yg baik dan penuh berkah, yg
senantiasa dibutuhkan, diperlukan dan tdk bisa ditinggalkan, ya Tuhan kami.” (HR. Bukhari,
At-Tirmidzi)
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنِيْ هَذَا
وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلاَ قُوَّةٍ.
“Segala
puji bagi Allah yang memberi makan ini kepadaku dan yang memberi rezeki
kepadaku tanpa daya dan kekuatanku.”[6]
Rasulullah n bersabda : “Barangsiapa yang makan suatu
makanan, kemudian dia mengucakan : Alhamdulillah alladzi … quwwatin, segala
dosanya yang telah lampau akan diampuni.” (HR. At-Tirmidzi)
Sedangkan doa sesudah makan yang populer adalah :
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى
أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَجَعَلَنَا مُسْلِمِين
“Segala
puji bagi Allah yang telah memberikan makan dan minum kepada kami dan menjadikan
kami sebagai
kaum muslimin.”[7]
4. Mengunyah Makanan Dengan Baik
Ini
merupakan adab yang harus tetap dipelihara.
Sebab, menelan makanan yang tidak dikunyah dengan baik dapat menimbulkan efek
negatif dan dapat mengganggu kesehatan. Demikian juga halnya jika makanan tidak
dikunyah dengan baik, maka makanan tidak akan tercerna dengan baik dan dapat
menyebabkannya berlebihan dalam makan.
5.
Menjilati Makanan
Rasulullah
n bersabda : "Dan janganlah seseorang
(ketika makan) mengusap tangannya dengan serbet, sebelum ia menjilati
tangannya, karena seseorang itu tidak mengetahui pada makanannya yang mana yang
mengandung berkah untuknya.” (Mutafaqqun ‘Alaih).[8]
Menjilati
makanan adalah sebuah upaya untuk mendapatkan keberkahan makanan dan untuk
menghindari adanya bagian makanan yang terbuang percuma tidak termakan sehingga
menjadi mubazir.[9]
6.
Mengusap Makanan Dengan Sapu
Tangan
Nabi n bersabda "Janganlah mengusap
tangannya dengan mindil hingga menjilati tangannya.."
Hadits ini
mengisyaratkan kepada kita agar setiap selesai menjilati tangan agar
mengusapnya dengan serbet, sebagai upaya untuk menjaga kebersihan selesai
menyantap makanan.
7.
Meneguk Minuman Dengan Berlahan
Rasulullah n bersabda: "Janganlah
kalian minum dengan sekali teguk seperti minumnya unta, tetapi minumlah dua
atau tiga kali teguk. Dan bacalah Basmalah jika kalian minum, serta bacalah Hamdalah
jika kalian selesai minum."(HR.
Tirmidzi)
Cara minum yang disunnahkan
adalah dengan minum berlahan-lahan. Disebutkan didalam hadits Anas bin Malik a, beliau berkata : Rasulullah n biasanya mengambil nafas
sebanyak tiga kali sewaktu minum, dan beliau bersabda : “Sesungguhnya hal
ini akan lebih menghilangkan rasa dahaga, lebih menjaga dan lebih bermanfaat.“
(Mutafaqqun ‘Alaih)
8.
Tidak Mencela
Makanan Yang Disajikan Kepadanya.
Abu Hurairah aberkata :
"Rasulullah n sama sekali tidak pernah mencela suatu makanan
pun. Apabila beliau berselera terhadap sebuah hidangan, maka beliau memakannya, dan jika beliau tidak
menyukainya, maka beliau meninggalkannya." (Mutafaqqun ‘Alaih)
9.
Makan Dengan Tangan
Kanan Dan Mengambil Hidangan Yang Terdekat
Umar bin Abu
Salamah a berkata : "Pernah aku menjadi seorang budak di
bawah pengawasan Rasulullah n Ketika (makan), tanganku bergerak di tempat
makanan, Rasulullah saw. menegurku, "Hai anak, sebutlah nama Allah,
makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang dekat denganmu."(HR. Muslim)
Rasulullah n juga bersabda :
اْلبَرَكَةُ تَنْزِلُ فِي وَسَطِ الطَّعَامِ, فَكُلُوا مِنْ
حَافِيَتِهِ وَلا تَأْكُلُوا مِنْ وَسَطِهِ
“Keberkahan itu
akan turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah dari pinggir-pinggirnya dan
jangan kamu makan dari tengahnya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu
Hibban)
Diantara hikmah tuntunan ini adalah untuk menuntunkan
akhlaq yang baik ketika makan. Bila seseorang makan dari bagian tengahnya, akan
nampak keburukan (kelihatan rakus) dan mengganggu teman yang ada di dekatnya.
10. Dianjurkan Bagi Yang
Melayani Terakhir Makan
Dalil masalah ini adalah sebuah hadits dari Qatadah a
yang panjang : “ … Maka Rasulullah n
menuang minuman kepada wadah mereka hingga tidak
ada lagi yang tersisa selain saya dan Rasulullah n. Kemudian beliau menuangkan kepadaku, dan berkata : ‘Minumlah.’ Saya berkata : ‘Saya tidak minum hingga anda
minum wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda : “Sesungguhnya yang menuangkan
minum adalah yang palingterakhir minum.”
Maka sayapun minum dan
Rasulullah kemudian juga minum … al-hadits “ (HR. Muslim)
11.
Larangan Meniup
Minuman
Ibnu Abbas a meriwayatkan bahwa Nabi n telah melarang bernafas di dalam
bejana atau meniup air di dalamnya. (Hr.
Tirmidzi)
Hal ini karena meniup dan bernafas ketika minum dapat
menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
12.
Makan Dengan Posisi
Tegak
Anas bin Malik a berkata, "Aku melihat Rasulullah n duduk tegak ketika
memakan buah kurma." (HR. Muslim)
13. Berbincang-Bincang
Ringan Ketika Makan
Dibolehkan bahkan ini termasuk tuntunan sunnah yakni bercakap-cakap
ringan dikala menyantap hidangan. Hal ini memiliki faedah untuk menambah
kecintaan dan semangat kebersamaan dalam sebuah rumah tangga atau jama’ah.
Dari Jabir a bahwa Nabi n bertanya
kepada keluarganya tentang lauk pauk. Mereka menjawab, "Kita tidak punya
sesuatu selain cuka." Beliau memintanya dan memakannya sedikit, seraya
bersabda, "Ya, cuka termasuk lauk pauk. Ya, cuka termasuk lauk pauk."(HR. Muslim)
14. Duduk Ketika Makan Dan Minum
Diriwayatkan dari Anas a bahwa Rasulullah n telah
melarang seseorang dari minum sambil
berdiri. Qatadah berkata, "Kemudian kami bertanya kepada Anas tentang
makan. Ia menjawab bahwa itu lebih buruk." (HR. Muslim)
15. Berhenti Makan Sebelum Kekenyangan
Rasulullah n bersabda: "Tidak ada suatu tempat hunian anak
Adam yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap
saja, sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika terpaksa ia harus
berbuat, maka hendaknya sepertiga diisi untuk makanannya dan sepertiga didiisi
untuk minumannya, serta sepertiga lagi diisi untuk nafasnya." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
16. Dilarang Makan Dan Minum Dari Wadah Yang Terbuat Dari
Emas Dan Perak.
Ada
beberapa hadits yang berisikan ancaman yang amat keras bagi seseorang yang
makan di Bejana emas dan perak, ataukah makan dari piring yang terbuat dari
emas dan perak.
Diantaranya
adalah hadits-hadits berikut ini, Rasulullah n bersabda : “Janganlah kalian mengenakan pakaian dari
sutra, dan juga pakaian yang bercampur dengan sutra, dan janganlah kalian minum
dari bejana yang terbuat dari emas dan perak, dan janganlah kalian makan dari
piring yang terbuat dari emas dan perak. Karena sesungguhnya bejana dan piring
seperti itu bagi mereka – ahli kitab – didunia dan bagi kita di surga.”(
Mutafaqqun ‘Alaih)
Dan beliau juga bersabda : “Seseorang yang minum dari
bejana perak, maka sesungguhnya diperutnya akan didengarkan suara api neraka
jahanam.”(Mutafaqqun ‘Alaih)
17. Memperkecil Suapan Dan Tidak
Tergesa-Gesa Ketika Makan
Rasulullah n bersabda : "Barang
siapa makan kurma bersama orang lain, janganlah ia mengambil dua sekaligus,
kecuali jika mereka mengizinkannya. "
Terkadang ada orang
yang sedang mengunyah makanan sementara di tangannya sudah ada makanan lain
yang siap ia suapkan ke mulutnya, sebelum ia mengunyah dan menelan makanan di
mulutnya. Ini adalah ciri-ciri orang yang rakus, serta hal ini mengganggu
orang-orang yang makan bersamanya.
Karena itulah di dalam hadits juga ada anjuran agar
ketika makan menggunakan tiga jari saja. Hal ini diantara hikmahnya adalah untuk
menghindarkan seorang muslim tampak buruk ketika menyantap hidangan karena
menggunakan semua jarinya.
18. Tidak Duduk
Bertelekan
Tidak boleh makan
dengan posisi duduk condong kebelakang atau miring yang bertumpu pada satu
tangan. Posisi seperti ini tidak dibolehkan ketika menyantap makanan,
berdasarkan sabda Rasulullah n : "Sesungguhnya aku tidak
makan sambil bersandar. “
Dan tinjauan makruhnya posisi duduk ini dikarenakan merupakan posisi
duduk para penguasa yang angkuh dan raja-raja
negeri asing. Dan merupakan posisi duduk orang-orang yang berkeinginan
memperbanyak makannya..[10]
Sebagian ulama berpendapat bahwa diantara duduk yang disunnahkan adalah dengan menegakkan kaki kanan dan
menduduki kaki kiri, berdasarkan sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hasan bin al-Muqri dalam kitab Syama’il. Dalam riwayat itu
dinyatakan, bahwa duduk Nabi menekuk lututnya yang kiri dan menegakkan kaki
kanan. Tetapi sanad hadits ini didha’ifkan oleh ulama
lainnya diantaranya adalah al-’Iraqi
dalam takhrij Ihya’ Ulumuddin, 2/6.
19. Memungut
Makanan Yang Terjatuh
Jika makanan yang
akan atau yang sedang dimakan seseorang terjatuh di lantai, hendaklah ia
membersihkan kotorannya kemudian ia makan, jangan membiarkannya makanan itu
terbuang percuma.
Rasulullah n bersabda : "Jika salah
seorang dari kalian makan lalu makanan tersebut terjatuh, hendaklah ia memungut
dan membuang kotorannya kemudian memakannya, jangan sampai ia membiarkannya
untuk syaitan."
20. Menyuapi
Isteri dengan Tangannya
Rasulullah n pernah berpesan kepada Sa'ad bin Abi
Waqqash a : "... Sesungguhnya tidaklah
engkau memberikan infaq yang hanya mengharapkan ganjaran dari Allah kecuali
engkau akan diberi pahala atas perbuatan tersebut, hingga sesuap makanan yang
engkau suapkan ke mulut isterimu…” (Mutafaqqun
‘Alaih)
Apabila seorang
isteri makan bersama suaminya dan suami menyuapi makanan tersebut ke mulut
isterinya, niscaya ia akan mendapatkan pahala dan hal itu akan memperkokoh
kecintaan isterinya. Sesuatu
yang tidak bisa dipungkiri, bahwa saling menyuapi
dapat menguatkan jalinan kasih sayang antara suami dan isteri.
21. Mendahulukan Makan Dari
Pada Shalat Ketika Makanan Telah Dihidangkan
Rasulullah n bersabda : “Apabila
hidangan makan malam telah dihidangkan dan shalat telah didirikan maka
dahulukanlah makan malam.“ (HR. Bukhari)
Dalam riwayat yang lain Rasulullah n bersabda : “Apabila makan malam salah
seorang diantara kalian telah dihidangkan sementara shalat telah didirikan,
maka mulailah dengan makan malam kalian dan janganlah seseorang tergesa-tergesa
hingga dia selesai dari makannya .” (Mutafaqqun ‘Alaih)
Hikmah dari anjuran agar mendahulukan makan dari
shalat, adalah agar jangan sampai
seseorang mengerjakan shalat namun hatinya teringat akan makanannya yang mana
akan menyebabkan kerisauan yang menghilangkan rasa khusyu’annya.[11]
Dan perintah semacam ini tidaklah khusus sebatas pada
makan malam saja, melainkan pada setiap makanan yang mana hati tertarik untuk
menyantapnya (kondisi lapar). Dan yang menguatkan hal tersebut adalah larangan
Nabi n mengerjakan
shalat disaat makan telah dihidangkan, dan disaat menahan air kencing dan buang
air besar. Rasulullah n bersabda :
لَا صَلَاةَ
بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ وَلَا هُوَ يُدَافِعُهُ الْأَخْبَثَانِ
“Tidak sempurna shalat disaat makanan telah
dihidangkan dan juga tidak sempurna jika dalam keadaan menahan kencing dan
hajat besar. “ (HR. Muslim)
22. Membersihkan Mulut Setelah Makan
Dianjurkan setelah selesai dari makan untuk membersihkan mulut dengan
siwak atau minimal berkumur-kumur. Hal ini berdasarkan beberapa riwayat berikut
ini :
Dari Suwaid bin
Nu'man a berkata,
"Aku keluar bersama Rasulullah n pada tahun Khaibar, sehingga ketika kami ada di Shahba',
yaitu tempat paling dekat dengan Khaibar, beliau shalat ashar, kemudian beliau
minta diambilkan makanan, tetapi yang diberikan hanyalah
sawik (makanan dibuat dari gandum), lalu beliau menyuruh makanan itu dibasahi.
Rasulullah
n lalu makan dan kami pun makan, kemudian
beliau berdiri untuk shalat maghrib, lalu beliau meminta air kemudian berkumur
dan kami pun berkumur-kumur, kemudian beliau shalat shalat dan tidak wudhu lagi." (HR. Bukhari)
Dan
dari abu Hurairah a, beliau berkata : Bahwa Rasulullah n pernah
makan bagian punggung kambing, kemudian beliau berkumur-kumur dan membasuh
kedua tangannya lalu shalat.”
Dan bila bersiwak
(menggosok gigi) maka itu lebih baik lagi, berdasarkan sebuah hadits,
Rasulullah n bersabda : “Seharusnya bagi kalian untuk bersiwak.
Karena dengan bersiwak akan membaikkan (membersihkan) mulut, diridhai oleh
Ar-Rabb tabaraka wa ta’ala.” (HR.
Ahmad)
Penutup
Demikianlah
beberapa adab/aturan tentang makan dan minum bagi seorang muslim, semakin dini
buah hati kita mengetahuinya, maka ia dapat dengan mudah mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
"Segala
puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan minum, serta menjadikan kami
Muslim."
Wallahu a’lam bisshawwab.
[3] Imam Nawawi berkata :
"Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk tolong menolong pada makanan, dan
bahwasannya sekalipun makanan itu sedikit akan tercapai kecukupan yang
diinginkan, dan akan terdapat barakah yang meliputi orang-orang yang hadir
dalam makanan itu." (Syarah Shahihil Muslim 14/23)
Ibnu
Hajar al asqalani t berkata "Di ambil dari hadits ini
satu pengertian bahwasannya kecukupan itu akan timbul dari barakahnya berkumpul
pada makanan dan bahwasannya setiap kali yang berkumpul itu semakin banyak maka
bertambah pula barakahnya." (Fathul Bari 5/535)
[8] Berkata Imam Nawawi t
: “Tentang makna kalimat ‘Pada makanannya yang mana yang
diberkahi.’
Sesungguhnya makanan yang dihidangkan untuk manusia itu mengandung berkah,
sedang dia tidak mengetahui apakah berkah itu pada makanan yang ia makan atau
pada sisa makanan yang melekat di tangannya atau pada sisa makanan di dalam
shahfah atau pada suapan yang jatuh. Untuk itu hendaklah ini menjaga semua itu
agar selalu mendapatkan berkah.”
(Fathul Bari 9/578).
[9] Al-Khithabi mengomentari hadits anjuran
untuk menjilat jari-jemari : "Sebagian orang yang hidup mewah menduga
bahwasanya menjilat jari-jemari itu adalah perbuatan buruk dan menjijikan,
seolah-olah mereka tidak mengetahui, bahwa makanan yang dijilat pada
jari-jemari adalah bagian dari makanan itu sendiri yang telah dimakan. Maka jika yang dimakannya bukanlah sesuatu
yang menjijikkan, maka sudah barang tentu bagian makanan yang tersisa dan
menempel di jari-jemari itu juga tidak menjijikan ! ”(Ma'alim As-Sunan
4/184)
[11] Ibnu Hajar mengatakan : Sa’id bin
Manshur dan Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dengan sanad yang hasan dari hadist
Abu Hurairah dan Ibnu Abbas : “ Bahwa mereka berdua tengah menyantap makanan
dipemanggangan. Lalu muadzdzin hendak meng-iqamahi shalat, maka Ibnu Abbas a berkata kepadanya : Janganlah engkau tergesa-gesa agar kami tidak berdiri
mengerjakan shalat sementara pada hati kami ada ganjalan “Dan pada
riwayat Ibnu Abi Syaibah : “ Agar tidak memalingkan kami disaat mengerjakan
shalat .“ (Fathul Bari , 2 / 189 )
0 comments
Post a Comment