Tafsir firman Allah ta'ala dalam surah Ali ‘Imran ayat ke-28 :
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ
أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ
اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ
اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
“Janganlah
orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali[1] dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan
Allah, kecuali Karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan Hanya
kepada Allah kembali (mu). Katakanlah: "Jika kamu
menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah
Mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang
ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
A.
Asbabun
Nuzul ayat ini
Ada dua
riwayat mengenai sebab turunnya ayat ini, yakni sebagai berikut :
1. Dalam tafsir AtTabari (3/228) dikatakan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan Al-Hajjaj bin Amr, yang mempunyai teman orang-orang Yahudi yaitu Ka’ab bin Al-Asyraf, Ibnu Abi Haqiq dan Qais bin Zaid kemudian ada beberapa sahabat yang menasehatinya dan berkata :”Jauhilah mereka dan engkau harus berhati-hati karena mereka nanti akan memberi fitnah kepadamu tentang agama dan kamu akan tersesatkan dari jalan kebenaran.” Namun sahabat yang dinasehati mengabaikan nasehat ini, dan mereka masih tetap memberi sedekah kepada orang-orang Yahudi dan bersahabat dengan mereka, maka kemudian turun ayat tersebut.
2. Sedangkan dalam tafsir Al-Qurthubi (4/58) disebutkan bahwa Ibnu Abbas a berkata bahwasanya ayat ini turun kepada Ubadah bin Shamit, bahwasanya beliau mempunyai beberapa sahabat orang Yahudi dan ketika Nabi n keluar bersama para sahabatnya untuk berperang (Ahzab) Ubadah berkata kepada Rasulullah “wahai Nabi Allah aku mambawa lima ratus orang Yahudi mereka akan kelur bersamaku dan akan ikut memerangi musuh.” Maka kemudian turunlah ayat tersebut.
B.
Penjelasan Kata
لَا يَتَّخِذِ : Tidak menjadikan
أوليآء : Kata Auliya’ adalah bentuk jama’ dari kata wali (yang berarti teman yang akrab, juga berarti pemimpin, pelindung atau penolong). Yakni janganlah menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin (juga teman dekat), dan jangan memberikan kepada mereka dengan memberi pertolongan sebagai bentuk loyalitas, menyatakan kecintaan dan dukungan (dalam masalah agama)
فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ : Yakni Allah ta'ala berlepas diri darinya, maka ia akan celaka
تُقَاةً : Melindungi diri dengan menggunakan lisan (ucapan) yaitu kata-kata yang dapat melunakkan sikap orang dan menjauhkan permusuhan.
وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ : Allah ‘Azza wa jalla memberi peringatakan dan kewaspadaan kepadamu terhadap siksaan-Nya yaitu jika kamu berbuat maksiat kepada-Nya.
C.
Kandungan
ayat
Menurut al Qurthubi, ayat ini memiliki kandungan dua
hal, yang pertama larangan memberikan loyalitas dan kasih sayang kepada orang
kafir. Yang kedua bolehnya bertaqiyah
(menyembunyikan keimanan karena takut) karena lemahnya umat islam kala itu.
(Tafsir al Qurthubi : 4/57)
Tafsir at Thabari (6/313) : Ayat ini adalah
larangan dari Allah ’azza wa jalla kepada orang-orang mukmin untuk
menjadikan orang-orang kafir sebagai penolong, pelindung, dan mencintainya.
Sedangkan dalam tafsir Ibnu Katsir (2/30) : (Dengan
ayat ini) Allah melarang hamba-hambanya yang beriman untuk berwala’ (memberikan
loyalitas) kepada orang-orang kafir dan mengambil mereka sebagai wali.
Demikian pula kita akan temukan penjelasan yang tidak
jauh berbeda dalam tafsir-tafsir yang
lain seperti tafsir Ibnu Mundzir (1/165-166),
tafsir Ibnu Hatim (2/628-629), Fath al Qadir (1/380) dan yang lainnya.
D.
Ayat yang
serupa (larangan mengangkat orang kafir sebagai wali)
QS. Al-Maidah
ayat 51
: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin
bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
QS. Al-Mumtahanah
ayat 1 : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan
kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang..”
QS. An Nisa’
ayat 144
: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang
mu'min. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)
?”
QS. At Taubah
ayat 9 : “Hai
orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu
menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan
siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.”
QS. Ali Imran ayat
118 : “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu
orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya
(menimbulkan) kemudharatan bagimu.”
Demikian tafsir dari ayat ini, semoga
bermanfaat. Wallahu a’lam.
[1] Wali jamaknya auliyaa : berarti
teman yang akrab, juga berarti pemimpin, pelindung atau penolong.