KELOMPOK SESAT INKARUSSUNNAH I



Ustadz bagaimana hakikat tentang orang-orang yg menolak hadits nabawi dan yang punya nabi lagi ?

Jawaban :
Al Islam sebagai agama Allah yang paripurna memiliki dua sumber utama yakni al Qur’an dan al Hadits. Kedudukan al Hadits atau sunnah memegang peranan yang sangat penting, selain berfungsi untuk menjelaskan hal-hal yang tidak secara gamblang dijelaskan dalam al Qur’an, as Sunnah bahkan menjadi hukum dalam Islam itu sendiri. Demikianlah yang diyakini dan yang dipraktekkan oleh umat Islam dari duhulu hingga sekarang, bahkan kelak hingga berdirinya hari kiamat.

Namun, tidak bisa dipungkiri. Dalam perjalanannya, hadits nabi bukan hanya dipalsukan, tetapi juga diingkari oleh kelompok-kelompok yang mereka yang mengaku muslim sekalipun. Kalau kelompok pemalsu hadits ingin menyesatkan umat lewat pengamalan hadits yang palsu, kelompok kedua justru lebih sadis, mereka ingin menghancurkan Islam dengan menjadikan umat menjauhi (baca : mencampakkan) hadits-hadits nabawi.

Kelompok kedua inilah yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini. Kita ulas sejarah kemunculannya, siapa mereka, argumen-argumen mereka dan bantahan telak atas rusaknya pendalilan yang mereka gunakan dalam menyerang otoritas hadits. 

Pengertian inkar sunnah.

Inkar sunnah adalah gerakan yang mengaku kelompok Islam yang tidak atau enggan mengikuti sunnah Rasulullah, mereka hanya berpegang kepada al-Quran saja, ada juga menyebut inkar sunnah dengan munkir sunnah, jadi inkar sunnah adalah kelompok dari kalangan umat Islam yang menolak ototritas dan kebenaran sunnah sebagai hukum dan sumber ajaran Islam.
Peringatan Rasulullah akan munculnya kelompok ini
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hampir saja saya mendapati salah seorang di antara kalian duduk seraya bersandar di atas ranjang hiasnya tatkala datangnya kepadanya perintah atau larangan dariku lalu dia berkomentar, ‘Saya tidak tahu, apa yang kami jumpai dalam al-Qur’an maka kami mengikutinya. (HR. Abu Dawwud dan Ahmad)

Kapan kemunculannya ?

Pada masa kenabian dan masa sesudahnya, khalafaur Rasyidin, umat Islam masih sepakat bahwa  sunnah/hadits merupakan salah satu sumber ajaran Islam disamping Al Qur’an. Tidak ada bukti sejarah dizaman ini, ada sebagian umat yang mengaku  muslim bersuara menolak sunnah atau hadits Nabawi. Bahkan sampai masuk masa dinasti Umayyah (41-132 H), belum terlihat jelas adanya orang atau kelompok yang mengingkari sunnah Nabi sebagai dasar sumber hukum Islam.  Barulah kemudian diawal berdirinya dinasti Abasiyah (132 H) mulailah terekam tindak tindak adanya kelompok menyimpang yang mengingkari sunnah atau hadits nabi. Kelompok ini yang kemudian dikenal dengan sekte Inkarussunnah atau Munkirussunnah.

Bukti bahwa kelompok Inkarussunah ini telah muncul dizaman ini, bisa kita temukan dari uraian imam besar yang hidup dimasa itu, Imam Syafi’i rahimahullah dalam kitabnya al Umm. Dalam penjelasannya imam Assyafi’i membagi kelompok ini menjadi tiga golongan, yakni (1) yang mutlak menolak semua hadits, (2) hanya menerima hadits yang cocok dengan al Qur’an dan yang terakhir (3) menerima hadits yang derajatnya mutawatir.[1]

Tokoh Inkar Sunnah di era Modern

Setelah masa al Imam asy Syafi’i tersebut, kelompok ini dengan terselubung maupun terang-terangan mulai bermunculan dimana-mana. Dimasa sekarang, yang terang diketahui sebagai pentolan kelompok penolak hadits adalah Taufiq Sidqi dan Ali Abdurraziq dari Mesir, Kasim Ahmad dari Malaysia sedangkan yang lokal indonesia adalah H. Abdurrahman dan Muhammad Ircham Sutarto.

Taufiq Sidqi berasalal dari Mesir. Ia meningal dunia pada tahun 1920. Ia berpendapat bahwa sumber ajara Islam hanyalah satu, yaitu al-Qur’an. Gulam Ahmad Parvez adalah orang yang berasal dari India dan lahir di sana pada tahun 1920. Ia merupakan pengagum dan pengikut setia ajaran Taifiq Sidqi. Pendapatnya yang terkenal adalah bahwa tata cara shalat hanya tegantung kepada para pemimpin umat. Merekalah yang berhak menentukannya dengan cara musyawarah dengan memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat setempat.

Sedang Rasyad Khalifah adalah seorang yang berasal dari Mesir dan menetap di Amerika Serikat. Ia berpendapat bahwa hadits-hadits hanyalah perilaku Iblis yang dibisikkan kepada Nabi Muhammad saw. Adapun Kassim Ahmad, dia berasal dari Malaysia dan dengan tegas mengatakan bahwa ia merupakan pengagum utama Rasyad Khalifah. Dalam bukunya Hadits Sebagai Suatu Penilaian Semula terdapat berbagai hujatan terhadap hadits-hadits Nabi. Dengan buku tersebut, ia berusaha mengajak Ummat Islam unutk meninggalkan hadits-hadits dan mencukupkan diri dengan al-Qur’an. Bahkan ia menuduh bahwa hadislan menjadisebab utama kemunduran Islam.

Keberadaan Faham Inkar Sunnah di Indonesia berawal dari tahun 1980-an. Pengajian yang mereka mereka sebut Kelompok Qur’ani (kelompok pengikut al-Qur’an). Pengajian Inkar Sunnah ketika itu sangat ramai, bahkan memenguasai beberapa masjid. Di antara mesjid yang pernah dijadikan pusat pengajian adalah masjid Asy-Syifaa’ yang terletak di Rumah Sakit Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta. Rumah Sakit tersebut menyatu dengan Universitas Indonesia serta tempat praktek Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pengajian yang mereka adakan di pimpin oleh H. Abdurrahman pedurenan Kuningan Jakarta.  Pengajian ini biasanya dimulai setelah shalat magrib. Tetapi, lambat laun, pengajian ini tidak lagi mau menggunakan azan dan iqamat ketika shalat berjamaah hendak mereka laksanakan. Karena, menurut mereka, tata cara tersebut tidak ditemukan dalam al-Qur’an. Di samping itu, mereka juga menyeragamkan shalat dengan hanya dua rakaat.

Selain itu, pengajian mereka ditemukan pula di proyek Pasar Rumput Jakarta Selatan. Tepatnya di Masjid al-Burhan yang dipimpin oleh ustasdz H.Sanwani, guru masyarakat setempat. Tetapi tidak lama kemudian, pengajian tersebut juga tidak mau menggunakan azan dan iqamat saat shalat hendak mereka laksanakan.  Bahkan jumlah rakaat shalatnya pun sama dengan yang diajarkan oleh H.Abdurrahman di kompleks Rumah sakit Cipto Mangunkusumo. Selain itu, mereka tidak mau berpuasa pada bulan ramadhan kecuali mereka-mereka yang melihat hilal secara langsung. Hal ini berdasarkan pada asumsi mereka terhadap al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 185.


Bersambung....

[1] Ikhtilaful Hadits (VII/250-265)