Tabarruk

A. PENGERTIANNYA

Secara bahasa Tabarruk artinya mencari berkah. Sedangkah berkah atau Barakah  itu sendiri artinya bertambah, tumbuh.[1] Firman allah ta’ala :

وَهَذَا ذِكْرٌ مُبَارَكٌ أَنْزَلْنَاهُ

"Dan al-Qur'an ini adalah suatu kitab(peringatan) yang telah diberkahi yang telah Kami turunkan…”(QS. 21:50)

Sehingga berkah bisa didefinisiskan tambahan kebaikan atau manfaat sesuatu dari Allah. Berkata ar Raghib Asfhani : al Barakah adalah adanya kebaikan dari Alllah terhadap sesuatu.[2]


B. KATA BERKAH DALAM AL QUR’AN

Kata Barakah dengan berbagai macam bentuk kalimat berulang kali disebutkan dalam al Qur’an.

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (Maryam: 31)

وَبَارَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَى إِسْحَاقَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا

“Kami limpahkan keberkatan atasnya (Ibrahim) dan atas Ishak dan atas anak keturunan keduanya.” (ash-Shaffaat: 113)

رَحْمَتُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

“(Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait ! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah." (Huud: 73)

Sementara tempat-tempat yang diberkati diantaranya:

إن أول بيت وضع للناس للذي ببكة مباركا وهدى للعالمين

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia” (Ali Imraan: 96)

سبحان الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى الذي باركنا حوله لنريه من آياتنا إنه هو السميع البصير

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil haram ke Al Masjidil aksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya…” (al-Israa’: 1)

ونجيناه ولوطا إلى الأرض التي باركنا فيها للعالمين

“Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Lut ke sebuah negeri (Palestina) yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia” (al-Anbiyaa’: 71)

وجعلنا بينهم وبين القرى التي باركنا فيها قرى ظاهرة

“Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri (Yaman) yang Kami limpahkan berkat kepadanya, …” (Saba’: 18)
C. Hukum Dan Pensyariatannya
Tabarruk disyariatkan dalam beberapa perkara, berikut penjelasannya menurut para ulama.

1.      Tabarruk dengan Basmallah dan Hamdalah

Sebagian ulama berpendapat Basmallah dan Hamdallah adalah termasuk lafadz yang bisa di tabarruk-i (dicari berkahnya) untuk perkara-perkara yang bersifat tidak bertentangan dengan syariat. Dalilnya adalah :

كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ اللَّهِ فَهُوَ أَجْذَمُ

“Setiap perkara penting yang tidak didahului dengan Basmalah maka ia kehilangan berkah.” (HR. Abu Daud)


كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بـِ (اْلحَمْدُ لله) فَهُوَ أَقْطَعُ.

"Segala perkara penting yang tidak diawali dengan hamdalah, maka perkara tersebut terputus." (HR. Ibnu Majah)

2.      Bertabarruk dengan diri Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam

Ulama sepakat tanpa khilaf bahwa diri Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam adalah sumber keberkahan dan yang layak diambil berkahnya. 

Dari shahabat Urwah radhillahu’anhu ia berkata :

وَاللَّهِ إِنْ تَنَخَّمَ نُخَامَةً إِلَّا وَقَعَتْ فِي كَفِّ رَجُلٍ مِنْهُمْ فَدَلَكَ بِهَا وَجْهَهُ وَجِلْدَهُ وَإِذَا أَمَرَهُمْ ابْتَدَرُوا أَمْرَهُ وَإِذَا تَوَضَّأَ كَادُوا يَقْتَتِلُونَ عَلَى وَضُوئِهِ

“Demi Allah, tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengeluarkan dahak kecuali dahak itu jatuh pada telapak tangan salah satu sahabat yang kemudian ia gosokkan pada wajah dan kulitnya. Jika beliau memberikan perintah maka mereka segera mematuhi perintahnya. Jika beliau berwudlu maka nyaris mereka berkelahi untuk mendapat air sisa wudlu’nya.” (HR. Al Bukhari)

Hanya saja setelah kewafatan beliau, bertabarruk dengan jasad beliau sudah terputus / tidak bisa dilakukan lagi.

3.      Bertabarruk dengan bekas barang peninggalan Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam.

Ulama sepakat bahwa barang peninggalan dan bekas Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam adalah termasuk sesuatu yang bisa diambil berkahnya.[3] Seperti baju, sandal, rambut dan lainnya.  Dalilnya sangat banyak, telah disebutkan dalam kitab hadits dan sirah bahwasanya para shahabat Nabi yang mulia radhiyallahu’anhum bertabarruk dengan benda-benda milik Nabi shalallahu’alaihi wassalam.

Utsman Ibn Abdillah Ibn Mauhab berkata :

أَرْسَلَنِي أَهْلِي إِلَى أُمِّ سَلَمَةَ بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ وَقَبَضَ إِسْرَائِيلُ ثَلَاثَ أَصَابِعَ مِنْ قُصَّةٍ فِيهِ شَعَرٌ مِنْ شَعَرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ إِذَا أَصَابَ الْإِنْسَانَ عَيْنٌ أَوْ شَيْءٌ بَعَثَ إِلَيْهَا مِخْضَبَهُ فَاطَّلَعْتُ فِي الْجُلْجُلِ فَرَأَيْتُ شَعَرَاتٍ حُمْرًا

“Aku pernah diutus keluargaku untuk menemui Ummu Salamah dengan membawa wadah berisi air. Lalu Ummu Salamah datang dengan membawa sebuah genta dari perak yang berisi rambut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika seseorang terkena penyakit ‘ain atau sesuatu hal maka ia datang kepada Ummu Salamah membawakan bejana yang biasa untuk mencuci pakaian. Saya amati genta itu dan ternyata saya melihat ada beberapa helai rambut berwarna merah, kata ‘Utsman.” (HR. Al Bukhari)

Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menyebutkan dalam kitabnya : “Seorang sahabat meminta potongan dari jubah Rasulullah Saw, beliau memberinya. Muhammad bin Jabir berkata: Bapak saya menceritakan bahwa potongan jugah tersebut kami cuci untuk orang sakit, mengharap kesembuhan darinya.”[4]

Dalam riwayat yang masyhur Sahabat Khalid bin Walid  bertabaruk dengan rambut ubun-ubun Rasulullah, ditaruh di dalam kopiahnya (songkok). Khalid berkata: Saya tidak pernah mendatangi perang dengan membawa songkok , kecuali setiap peperangan saya selalu diberi kemenangan.” (HR Thabrani)

4.      Air Zam-zam.

Mengambil berkah atas  air Zam-sam termasuk hal yang disepakati kebolehannya. Berdasarkan hadits :

إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ، إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ

“Sesungguhnya ia (air zamzam) diberkahi, ia (juga) merupakan makanan yang berselera.” (HR. Muslim)

زَمْزَمُ لِمَا شُرِبَ لَهُ.

“Zamzam menurut apa yang diinginkan oleh peminumnya.” (HR. Ibnu Majah)


Bersambung ke bahasan : Tabarruk II


[1] Lisan al ‘Arab 13/408  (برك).
[2] Al Mausu’ah Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah (10/69).
[3] Al Mausu’ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah (10/80).
[4] Al Ishabah (1/482).

0 comments

Post a Comment