HARAMNYA PEMIMPIN KAFIR bagian 2.


 

Fatwa ulama

Ulama telah sepakat bahwa diantara syarat sahnya kepemimpinan adalah Islam. Tidak diketahui adanya perbedaan pendapat tentang permasalahan ini.[1] Berikut kami kutipkan fatwa-fatwa para ulama tentang tidak bolehnya mengangkat pemimpin kafir.

al Qadhi Iyadh rahimahullah berkata  :

أجمع العلماءُ على أنَّ الإمامة لا تنعقد لكافر، وعلى أنَّه لو طرأ عليه الكفر انعزل،

“Para ulama telah bersepakat bahwasannya kepemimpinan tidak bisa diserahkan kepada orang kafir, apabila secara tiba-tiba seorang pemimpin menjadi kafir/murtad, maka ia diberhentikan.”[2]
Ibnul-Mundzir rahimahullah berkata :
أجمع كل من يحفظ عنه من أهل العلم أن الكافر لا ولاية له على مسلم بحال
“Para ulama telah bersepakat bahwa orang kafir tidak boleh diserahi kekuasaan atas muslim dalam keadaan apapun”[3]
Al-Qadhi Ibnul Arabi rahimahullah berkata :
إنَّ الله سبحانه لا يَجعل للكافرين على المؤمنين سبيلاً بالشَّرع، فإن وجد فبِخلاف الشرع
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak akan menjadikan orang kafir untuk menguasai kaum mukminin secara aturan syariat. Jika itu terjadi, berarti menyimpang dari aturan syariat.”[4]
Al-Qaadliy Abu Ya’la rahimahullah berkata :
إن كفر بعد إيمانه فقد خرج عن الإمامة وهذا لا إشكال فيه
“Apabila pemimpin kafir yang tadinya beriman, sungguh ia mesti keluar dari kepemimpinan. Jika tidak bersedia maka dia harus diturunkan dari tampuk kepemimpinannya. Tidak ada perbedaan pendapat ulama tentang masalah ini.”
Al Qurthubi rahimahullah berkata :
نَهى الله المؤمنين بِهذه الآية أن يَتَّخِذوا من الكُفَّار واليهود وأهل الأهواء دُخلاءَ ووُلَجاء يُفاوضونهم في الآراء، ويُسندون إليهم أمورَهم
“Allah melarang kaum mukminin, berdasarkan ayat untuk memilih orang kafir, orang yahudi, dan pengikut aliran sesat untuk dijadikan sebagai orang dekat, orang kepercayaan. Menyerahkan segala saran dan pemikiran kepada mereka dan menyerahkan urusan kepada mereka.”[5]
Imam Suyuthi rahimahullah berkata :

لا يجوز الاستعانة بأهل الذمة في شيء من أمر المسلمين
“Tidak dibolehkan mengangkat dari ahlu dimmah dalam masalah urusan (kepemimpinan) kaum muslimin.”[6]
Ibnu Hazm rahimahullah berkata,
وأن يكون مسلما لأن الله تعالى يقول ولن يجعل الله للكافرين علىالمؤمنين سبيلا
“Syarat pemimpin haruslah seorang muslim, karena Allah ta’ala berfirman, ‘Dan Allah sekali-kali tidak memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang yang beriman.’ (An-Nisa:141).”[7]

Ibnu Hajar rahimahullah berkata :
انه ينعزل بالكفر إجماعا فيجب على كل مسلم القيام في ذلك فمن قوي على ذلك فله الثواب ومن داهن فعليه الإثم ومن عجز وجبت عليه الهجرة من تلك الأرض
”Bahwasannya mencopot (pemimpin) karena kekufuran merupakan ijma’. Maka wajib bagi setiap muslim untuk melakukan hal tersebut. Barangsiapa yang mampu melakukannya, maka ia mendapatkan pahala. Barangsiapa yang tidak mau melakukannya (padahal dia mampu), maka ia mendapatkan dosa. Dan barangsiapa yang lemah (tidak memiliki kemampuan), maka ia harus berhijrah meninggalkan negeri tersebut.”[8]
Abul ’Abbas Al Qurthubi rahimahullah berkata :
ظاهره : ما حافظوا على الصلوات المعهودة بحدودها ، وأحكامها ، وداموا على ذلك ، وأظهروه
“Dhahir maknanya adalah : selama mereka (penguasa) menjaga shalat-shalat yang diwajibkan dengan segala ketentuan dan hukum-hukumnya, senantiasa melakukannya, dan menampakkannya (wajib ditaati).”[9]
Asy-Syaukani rahimahullah berkata :
لا يجوز منابذة الأئمة بالسيف مهما كانوا مقيمين للصلاة
“Tidak bolehnya menentang/memerangi pemimpin dengan menggunakan pedang selama mereka masih menegakkan shalat.[10]

Al Hafidh Ibnu Rajab rahimahullah berkata :

ويستدل أيضا على القتال على ترك الصلاة بما في صحيح مسلم عن أم سلمة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال يستعمل عليكم أمراء فتعرفون وتنكرون فمن أنكر فقد برئ ومن كره فقد سلم ولكن من رضي وتابع فقالوا يا رسول الله ألا نقاتلهم قال لا ما صلوا
”Dalil lain tentang dibolehkannya memerangi orang-orang yang meninggalkan shalat adalah hadits dalam Shahih Muslim dari Ummu Salamah, dari Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam beliau bersabda : ”Akan diangkat penguasa untuk kalian. Lalu engkau mengenalinya dan kemudian engkau ingkari. Barangsiapa yang mengingkarinya, ia telah berlepas tangan. Barangsiapa yang benci, sungguh ia telah selamat. Akan tetapi, lain halnya dengan orang yang ridla dan patuh terhadap pemimpin tersebut”. Para shahabat bertanya : ”Wahai Rasulullah, apakah kami boleh memeranginya ?” Beliau menjawab : ”Tidak, selama mereka mengerjakan shalat.”[11]
 
’Ali Al-Qary al Makky berkata :
قال الطيبي فيه إشعار بتعظيم أمر الصلاة وإن تركها موجب لنزع اليد عن الطاعة
Telah berkata Ath-Thiibi : ’Di hadits tersebut terdapat pemberitahuan tentang pengagungan perkara shalat yang apabila ditinggalkan mempunyai konsekuensi pelepasan tangan dari ketaatan.”[12]
 
Bersambung .... Haramnya pemimpin Kafir bagian -3 ( Dalil al Qur’an dan Hadits). 
Wallahu a’lam.



Lihat Juga  bagian 1 : http://www.konsultasislam.com/2016/04/haramnya-pemimpin-kafir.html


[1] Al Mausu’ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah (8/103).
[2] Syarah shahih Muslim (12/229)  
[3] Ahkaamu Ahlidh-Dhimmah, hal. 237.
[4] Ahkam al-Quran (1/641)
[5] Tafsir al-Qurthubi (4/179).
[6] Al Iklil li Suyuthi hal.250.
[7] Al-Fishal fil Milal wal Ahwa’ wan Nihal (4/128).
[8] Fathul-Bari juz 13 syarah hadits no. 6725.
[9] Al Mufhim limaa Asykala min Talkhiishi Kitaabi Muslim (3/287)
[10] Nailul-Authaar (7/ 197).
[11] Jami’ul-’Ulum wal-Hikaam hal. 112.
[12] Mirqaatul-Mafaatih Syarh Misykaatil-Mashaabih (4/ 112).

0 comments

Post a Comment