Ketika berbicara tentang
permasalahan kepemimpinan non muslim, apalagi disaat isu menjelang pemilihan,
sebenarnya termasuk hal yang riskan. Riskan ditolak dan dipolitisi. Ditolak oleh umat
yang tidak paham. Menganggap bahwa kepemimpinan adalah murni masalah politik,
yang tidak perlu agama dibawa-bawa. Menganggap bahwa ustadz yang berbicara dan
memepermasalahkan calon pemimpin non muslim sebagai ustadz politik, pendukung
calon sebelah dengan membawa isu yang sudah ‘basi’ dan tidak laku lagi ; agama.
Atau pembahasan seperti ini rawan dipolitisi
oleh mereka yang mendukung calon yang hanya bermodal islam. Tidak punya sifat
amanah dan kepantasan. Akhirnya senjata ‘pamungkas’ ini dikeluarkan. Dagang
kesana kemari dengan fatwa haramnya pemimpin kafir yang seakan-akan
menjadi dalil mukhalafah bagi dirinya.
Masalah ini menjadi runyam dan
membingungkan, padahal telah terang dan selesai dibicarakan oleh para ulul
Ilmi. Hanya memang masalahnya, persoalan Fiqih yang begitu penting ini tidak tersalurkan dengan baik, tersumbat
tidak sampai ke kepala umat. Forum
kajian Fiqih seakan kelu dari berbicara tentang bab Riyasah dan Siasah (kepemimpinan dan Politik).
Akhirnya pemahaman umat yang rendah,
diperparah adanya oknum ustadz, kiyai dan tokoh agama yang menjadikan fatwa agama sebagai sarana pembela calon dan kelompoknya. Menyebabkan umat tidak percaya kepada tokohnya, tokoh balik menuding umat terbeli dan mengabaikan agama. Allahu al Musta’an.
Jika bukan karena khawatir
mendiamkan pertanyaan itu dicela agama, sebenarnya kami enggan membahas
permasalahan ini sekarang. Mungkin nanti setelah hiruk pikuk menjelang
pemilu usai. Bukan karena khawatir atas resiko yang telah disebutkan diatas. Atau takut dakwah ditolak, toh dakwah itu targetnya
penyampaian, bukan penerimaan. Tapi lebih kepada pertimbangan maslahah dakwah.
Umar
bin Abdul Aziz pernah ditanya oleh anaknya kenapa tidak dijelaskan dan
diterapkan semua urusan agama sekaligus, beliau menjawab : “Wahai anakku, aku
khawatir kebimbangan manusia menyebabkan mereka menolak semuanya.”
Namun demikian kami lebih takut
kepada ancaman Allah dan rasulnya.
“Siapa yang ditanya tentang sebuah
urusan agama kemudian mendiamkannya, maka akan dibuatkan baginya kekang dari
api neraka.” (al Hadits)
Kami memohon kepada Allah agar
diberikan keikhlasan dan para pembaca bisa menela’ah tulisan ini dengan hati
yang lapang tanpa tendensi apapun.
Wallahu a'lam.
Bersambung...
0 comments
Post a Comment