Ustadz,
pertanyaan ibu endah tentang adab bertamu. Kadang ada orang yang bertamu tapi
langsung nyelonong masuk pada hal kondisi kita tidak siap menerima tamu, terutama
keadaan busana kita. Mohon penjelasan bagaimana adab bertamu yang diajarkan
Rasulullah.
Jawaban :
Bertamu,
hal yang sepertinya nampak sepele, namun sebenarnya diatur secara ketat dalam
syariat agama yang mulia ini. Karena hakikatnya bertamu dan menerima tamu
bukanlah perkara ringan, karena di dalamnya ada masalah penunaian hak,
memuliakan sesama, menyambung ukhwah dan silaturahim, bahkan saling tolong menolong.
Sehingga jika tidak diatur
sedemikian rupa, maka bertamu yang seharusnya mendatangkan maslahah, justru
mendatangkan mafsadat dan mudharat, sebagaimana kasus yang ditanyakan. Hal tersebut
tidaklah terjadi, kecuali karena kejahilan terhadap adab-adab bertamu dalam
Islam.
Dibahasan kali ini, kami hanya
akan membahas tentang adab ketika akan masuk kerumah seseorang ketika bertamu,
adapun tentang adab bertamu secara lengkap akan diulas dibab tersendiri.
Adab ketika akan bertamu/ masuk
kerumah seseorang
Pertama, Mengucapkan salam dan meminta izin.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ
بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا
“Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.” (An-Nur: 27)
Hal ini
disebabkan, sangat dimungkinkan jika seseorang langsung masuk, maka ‘aib atau
hal yang tidak diinginkan untuk dilihat belum sempat ditutupi oleh sang pemilik
rumah. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits :
اِنّما
جُعل الاستئذان من أجل البصر
“Sesungguhnya disyari’atkan minta izin adalah karena untuk menjaga
pandangan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, meminta izin
maksimal tiga kali.
الِاسْتِئْذَانُ ثَلَاثٌ،
فَإِنْ أُذِنَ لَكَ، وَإِلَّا فَارْجِعْ
“Meminta izin itu tiga kali, jika diizinkan
maka masuklah, jika tidak, maka pulanglah.” (HR. Bukhari)
Sebagai
tamu kita harus menyadari bahwa sepenting apapu hajat kita, pemilik rumah
memiliki hak penuh untuk bersedia menerima tamu atau tidak. Boleh jadi saat itu
dia sedang tidak ada, istirahat atau memang sedang tidak berkenan menerima tamu
karena sedang ada masalah dan sebagainya. Ketukan kita yang bertubi-tubi akan
mengganggunya dan itu sudah merupakan pelanggaran hak dalam Islam. Jika kita
mengetuk sekali atau dua kali, atau maksimal 3 kali dan tuan rumah tidak
menemui kita, hendaknya kita membatalkan dulu niat bertamu tersebut.
Ketiga, menjelaskan Identitas dengan baik.
Bisa
saja tuan rumah terkadang tidak mengenal seseorang yang menjadi tamunya. Maka kewajiban
bagi tamu untuk menjelaskan dengan baik tentang identitasnya.
Jabir
menceritakan, “Aku datang ke rumah Nabi shalallahu’alaihi wassalam untuk
membayar hutang ayahku, maka aku mengetuk pintu. Lalu beliau bertanya, 'Siapa?'
Aku menjawab, “Aku.” Maka Rasulullah berkata, 'Aku, aku,' seolah-olah Nabi kurang
suka dengan jawaban, “Aku.” (HR Bukhari Muslim).
Keempat, posisi berdiri tidak tepat di depan pintu.
Disebutkan
dalam hadits :
كَانَ رَسُول اللَّهِ إِذَا أَتَى بَابَ
قَوْمٍ لَمْ يَسْتَقْبِل الْبَابَ مِنْ تِلْقَاءِ وَجْهِهِ، وَلَكِنْ مِنْ
رُكْنِهِ الأْيْمَنِ أَوِ الأْيْسَرِ، وَيَقُول: السَّلاَمُ عَلَيْكُمُ،
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
Adalah
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam apabila mendatangi pintu suatu kaum,
beliau tidak menghadapkan wajahnya di depan pintu, tetapi berada di sebelah
kanan atau kirinya dan mengucapkan assalamu’alaikum… assalamu’alaikum…”
(HR. Abu Dawud)
Poin
ini juga berkaitan hak sang pemilik rumah untuk mempersiapkan dirinya dan
rumahnya dalam menerima tamu. Sehingga dalam posisi demikian, apa yang ada di
dalam rumah tidak langsung terlihat oleh tamu sebelum diizinkan oleh pemilik
rumah
Kelima, dilarang melongok ke
dalam rumah.
Mutlak diharamkan dalam Islam untuk mengintip rahasia
orang lain termasuk rahasia yang mungkin ada dalam sebuah rumah. Disebutkan dalam
hadits :
Dari
Sahl bin Sa’ad As-Saidi, ia berkata, "Ada seorang mengintai dari lubang di
pintu rumah Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam sedang di tangan Rasulullah ada
sisir besi yang beliau gunakan untuk menggaruk kepala beliau. Ketika beliau
mengetahui ada seseorang yang mengintai, beliau bersabda, 'Andaikan aku mengetahui bahwa ia benar-benar
telah mengintai, maka akan aku cocokkan besi ini di kedua matanya.”
(HR Bukhari Muslim).
Dalam hadits lain yang diriwayatkan Abu Hurairah, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda, “Andaikan ada orang mengintai rumahmu tanpa izinmu, kemudian engkau melemparnya dengan batu sehingga tercungkil matanya, maka tiada dosa atasmu.” (HR Bukhari Muslim).
Demikian
diantara adab memasuki rumah orang lain ketika akan bertamu. Untuk lebih
lengkapnya silahkan untuk membaca tulisan kami : adab bertamu. Wallahu a’lam.
0 comments
Post a Comment