DALIL QUNUT SHUBUH



Saya ingin tahu kekutan hujjah dari pendapat yang mengatkaan qunut shubuh sunnah ustadz. Syukran.

Jawaban
Sebagaimana telah disebutkan dibahasan yang lalu, bahwa tentang hukum membaca doa qunut diwaktu shalat Shubuh hukumnya diperbedapendapatkan oleh para ulama. Kalangan Syafi’i adalah yang berpendapat sunnah untuk dilakukan, Malikiyyah berpendapat kesunnahannya bersifat sesekali saja, sedangkan Kalangan al Hanafiyyah dan al Hanabilah berpendapat bahwa hal tersebut tidak disunnahkan.[1]
Apa saja yang menjadi dasar pendapat yang mensunnahkan ? mari kita simak dalil-dalilnya.

Hadits Pertama :

عَنْ مُحَمَّدٍ بْنِ سِيْرِيْن قَالَ قُلْتُ لأَنَسٍ هَلْ قَنَتَ رَسُولُ اللهِ فِى صَلاَةِ الصُّبْحِ قَالَ نَعَمْ بَعْدَ الرُّكُوعِ يَسِيرًا.
“Dari Muhammad bin Sirin, berkata: “Aku bertanya kepada Anas bin Malik: “Apakah Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam membaca qunut dalam shalat shubuh?” Beliau menjawab: “Ya, setelah ruku’ sebentar.” (HR. Muslim)
Hadits Kedua :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا.
 
“Dari Anas bin Malik, berkata: “Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam terus membaca qunut dalam shalat fajar (shubuh) sampai meninggalkan dunia.”(HR. Ahmad dan Baihaqi)
            Al Imam Nawawi  berkata: “Hadits diatas shahih, diriwayatkan oleh banyak kalangan huffazh dan mereka menilainya shahih. Di antara yang memastikan keshahihannya adalah al-Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Ali al-Balkhi, al-Hakim Abu Abdillah dalam beberapa tempat dalam kitab-kitabnya dan al-Baihaqi. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh al-Daraquthni dari beberapa jalur dengan sanad-sanad yang shahih.”[2]
Dalil Ketiga :

وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ فِيْ صَلاَةِ الصُّبْحِ فِيْ آَخِرِ رَكْعَةٍ قَنَتَ.

“Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wasslam apabila bangun dari ruku’ dalam shalat shubuh pada rakaat akhir, selalu membaca qunut.”[3]

Dalil keempat :
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ فٍي الْفَجْرِ
“Sesungguhnya Nabi shallahu‘alahi wassalam qunut pada shalat Subuh”. (HR. Ibnu Abi Syaibah)
Dalil kelima :
قَنَتَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَأَبُوْ بَكْرٍ وَعُمْرَ وَعُثْمَانَ وَأَحْسِبُهُ وَرَابِعٌ حَتَّى فَارَقْتُهُمْ
“Rasulullah shallallahu‘alaihi wassallam berqunut demikian juga Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman, dan saya (rawi) menyangka “dan keempat” sampai saya berpisah denga mereka.”(HR. Daraquthni dari Anas)
Al Qurthubi mengomentari hadits diatas ”Yang kuat diperintahkan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasalam adalah berqunut, diriwayatkan Daruquthni dengan isnad shahih.”[4]
Dalil keenam :
صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَخَلْفَ عُمَرَ فَقَنَتَ وَخَلْفَ عُثْمَانَ فَقَنَتَ
“Saya shalat di belakang Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam lalu beliau qunut, dan dibelakang ‘umar lalu beliau qunut dan di belakang ‘Utsman lalu beliau qunut.” (HR. Baihaqi dari Anas)
Dalil ketujuh :
مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْصُبْحِ حَتَّى مَاتَ
“Terus-menerus Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam qunut pada shalat Subuh sampai beliau meninggal.”(HR. Ibn Jauzi)
Kalangan Syafi’iyyah berpendapat bahwa sebagian hadits-hadits tentang qunut memang lemah, namun ada hadits shahih yang menjadi hujjahnya dan hadits-hadits lemah itu salang menguatkan. Seperti yang dijelaskan oleh al imam Nawawi dalam kitabnya al Majmu’ Syarhul Muhadzdzab (3/502).
Bantahan terhadap dalil tidak adanya qunut
1.      Adanya hadits : “Bahwa Nabi melarang qunut pada waktu subuh “
            Hadist ini dhaif karena periwayatan dari Muhammad bin ya’la dari Anbasah bin Abdurahman dari Abdullah bin Nafi’ dari bapaknya dari ummu salamah. Berkata darulqutni :”Ketiga-tiga orang itu adalah lemah dan tidak benar jika Nafi’ mendengar hadis itu dari ummu salamah”. Tersebut dalam mizanul I’tidal “Muhammad bin Ya’la’ diperkatakan oleh Imam Bukhary bahwa ia banyak menhilangkan hadis. Abu hatim mengatakan ianya matruk.”[5]
2.   Adanya hadits  : “Qunut pada shalat subuh adalah Bid’ah.”
            Hadis ini dhaif sekali (daoif jiddan) karena imam Baihaqi meriwayatkannya dari Abu Laila al-kufi dan beliau sendiri mengatakan bahwa hadis ini tidak shahih karena Abu Laila itu adalah matruk (Orang yang ditinggalkan haditsnya). Terlebih lagi pada hadits yang lain Ibnu abbas sendiri mengatakan : “Bahwasanya Ibnu abbas melakukan qunut subuh”.
3.   Adanya riwayat : “Rasulullah tidak pernah qunut didalam shalat apapun”.
Menurut Imam Nawawi dalam Al majmu sangatlah dhaif karena perawinya terdapat Muhammad bin Jabir as-suhaili yang ucapannya selalu ditinggalkan oleh ahli hadis.
4.  Pendalilan Qunut Shubuh ditinggalkan berdasarkan hadits :
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ قَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ ثُمَّ تَرَكَهُ

“Dari Anas, sesungguhnya Rasulullah membaca qunut selama satu bulan, di dalamnya mendoakan keburukan bagi beberapa suku Arab, kemudian meninggalkannya.” (HR. Muslim)
            Al Imam Nawawi menjawab : “Adapun jawapan terhadap ucapan (stumma tarakahu) maka maksudnya adalah meninggalkan doa kecelakaan ke atas orang-orang kafir itu dan meninggalkan laknat terhadap mereka. Bukan meninggalkan seluruh qunut atau meninggalkan qunut pada selain subuh.”[6]
Hal yang sama juga disampaikan oleh Imam Baihaqi dan Ibnu Hajar al Asqalani dalam kitab syarahnya Fath al Bari.

Demikian diantara hujjah kalangan yang berpendapat bahwa Qunut dalam shalat Shubuh hukumnya sunnah. Wallahu a’lam.


[1] Al Mausu’ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah (34/58).
[2] Al Majmu’ Syarh al Muhadzdzab (3/504).
[3] Hadits ini bahkan dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam shahih al Jami’ ash Shaghir (2/862).
[4] Badr Al Munir (3/624).
[5] Mizanul I’tidal (4/70).
[6] Al Majmu’ Syarh al Muhadzdzab (3/505).

0 comments

Post a Comment