B. Kalangan yang
membolehkan
Ulama
kontemporer dan lembaga fatwa dunia hari ini umumnya membolehkan mengucapkan
selamat pada perayaan umat non Muslim termasuk Natal. Sebut seperti syaikh Dr. Yusuf
Al-Qaradawi, syaikh Ali Jum’ah ,syaikh
Wahbah
Zuhayli , Habib Umar bin
Hafidz, syaikh Mustafa Ahmad
Zarqa, syaikh Abdullah bin
Bayyah, syaikh Syaraf Qudhat
, Dr. Abdul Latif
Al-Banna, Majelis Ulama
Mesir, Majelis Ulama
Eropa dan lainnya.
Syaikh Wahbah Zuhaili berkata :
لا
مانع من مجاملة النصارى في رأي بعض الفقهاء في مناسباتهم على ألا يكون من العبارات
ما يدل على إقرارهم على معتقداتهم.
“Tidak ada halangan dalam bersopan santun (mujamalah) dengan orang Nasrani
menurut pendapat sebagian ahli fiqh berkenaan hari raya mereka asalkan tidak
bermaksud sebagai pengakuan atas (kebenaran) ideologi mereka.”[1]
Syaikh Dr. Musthafa Zarqa berkata :
إنّ تهنئةَ الشّخص المُسلِم لمعارِفه
النّصارَى بعيدِ ميلاد المَسيح ـ عليه الصّلاة والسلام ـ هي في نظري من قَبيل
المُجاملة لهم والمحاسَنة في معاشرتهم. وإن الإسلام لا ينهانا عن مثل هذه المجاملة
أو المحاسَنة لهم، ولا سيّما أنّ السيد المَسيح هو في عقيدتنا الإسلاميّة من رسل
الله العِظام أولي العزم، فهو مُعظَّم عندنا أيضًا، لكنهم يُغالُون فيه فيعتقدونَه
إلهًا، تعالى الله عما يقولون عُلُوًّا كبيرًا.
“Ucapan
selamat natal seorang muslim pada temannya yang Nasrani menurut pendapat saya
termasuk dalam kategori mujamalah (sopan santun) pada mereka dan muhasanah
(berbaikan) dalam pergaulan. Islam tidak melarang kita untuk bermujamalah dan muhasanah dengan
mereka. Apalagi Nabi Islam dalam akidah Islam termasuk Rasul Allah yang agung
dan ulul azmi. Nabi Isa diagungkan juga dalam Islam. Hanya saja mereka,
Nasrani, berlebihan pada Nabi Islam dan menganggapnya tuhan. Maha Luhur Allah
dari apa perkataan mereka yang melampaui batas.”[2]
Fatwa Darul Ifta Mishriyah :
إن
هذا الفعل يندرج تحت باب الإحسان الذي أمرنا الله عز وجل به مع الناس جميعا دون
تفريق، مذكرة بقوله تعالى: ﴿وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا﴾، وقوله
تعالى:﴿إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ﴾.
“Perbuatan
(ucapan selamat untuk hari raya agama lain) ini termasuk dalam berbuat baik yang
diperintahkan Allah kepada seluruh manusia tanpa perbedaan. Sebagaimana firman
Allah, "Katakan kebaikan pada manusia" dan "Allah memerintahkan
berbuat adil dan berbuat baik."[3]
Fatwa Majelis Ulama Eropa :
فلا
مانع إذن أن يهنئهم الفرد المسلم، أو المركز الإسلامي بهذه المناسبة، مشافهة أو
بالبطاقات التي لا تشتمل على شعار أو عبارات دينية تتعارض مع مبادئ الإسلام. والكلمات المعتادة للتهنئة في مثل هذه المناسبات لا تشتمل على أي إقرار
لهم على دينهم، أو رضا بذلك، إنما هي كلمات مجاملة تعارفها الناس. ولا مانع من قبول الهدايا منهم، ومكافأتهم عليها، فقد
قبل النبي –صلى الله عليه وسلم - هدايا غير المسلمين مثل المقوقس عظيم القبط بمصر
وغيره، بشرط ألا تكون هذه الهدايا مما يحرم على المسلم كالخمر ولحم الخنزير.
“Tidak ada larangan bagi individu muslim atau organisasi Islam untuk mengucapkan selamat atas peringatan (natal) ini secara lisan atau dengan kartu yang tidak mengandung syiar atau ucapan keagamaan yang berlawanan dengan prinsip Islam.
Hendaknya
kalimat yang digunakan untuk ucapan selamat natal tidak mengandung pengakuan
apapun pada agama mereka atau rela atasnya. Ia hendaknya berupa kalimat
mujamalah (courtesy) yang umum dikenal.
Tidak
ada larangan menerima hadiah dari mereka dan memberi hadiah pada mereka.
Karena, Nabi pernah menerima hadiah dari non-muslim seperti Muqauqis pembesar
Kristen Koptik Mesir dan lainnya dengan syarat hadiah tersebut tidak haram bagi
muslim seperti minuman alkohol dan daging babi.”[4]
Dalil
– dalil yang digunakan kalangan yang membolehkan
Dalil-dalil yang digunakan oleh para
ulama ulama dalam membolehkan
mengucapkan selamat hari raya untuk agama lain diantaranya adalah :
- QS Al-Mumtahanah 60:8 "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."
-
QS Al-Baqarah 2:83: "...Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
manusia"
-
QS An-Nahl 16:90: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan..."
- QS An-Nisa' 4:86 "Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)."
- QS An-Nisa' 4:86 "Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)."
Dalil lainnya adalah keumuman kaidah : Bahwa bab muamalah
hukumnya boleh sampai ada dalil yang melarangnya. Kalangan ini memandang bahwa
tahniyah hari raya agama lain tidaklah berkaitan dengan masalah ibadah apalagi
aqidah. Ketika sesesorang mengucapkannya, bukan serta merta bisa diartikan
bahwa dia menyetujui dan mengakui kebenaran ajaran agama mereka.
Bersambung
kebagian 3 : Dalil dan bantahan dari kelompok yang mengharamkan.
Wallahu a’lam.
0 comments
Post a Comment