DZIKIR MENGGUNAKAN TASBIH BID'AH, BENARKAH ?

Afwan kiyai, mohon tanggapannya untuk flayer larangan menggunakan tasbih yang katanya hukumnya bid'ah karena dianggap itu tradisi dari agama hindu ? 

Jawaban

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Mayoritas ulama Islam, dulu hingga sekarang, dari berbagai macam madzhab justru berpendapat bahwa menggunakan tasbih sebagai alat untuk berdzikir hukumnya adalah dibolehkan.

Saya tadinya hendak mengulas masalah ini dengan menghadirkan dalil dan bantahan pernyataan yang membid'ahkan, tapi tulisan akan menjadi panjang kali lebar. Rasanya cukuplah dengan menghadirkan fatwa-fatwa ulama termasuk dari kalangan yang sering dirujuk oleh mereka, itu lebih dari cukup.

1. Imam Nawawi rahimahullah berkata :

ولو اتخذ سبحة فيها خيط حرير لم يحرم استعمالها

“Seandainya seseorang berdzikir dengan menggunakan tasbih yang ada bundelan dari bahan sutra, maka itu tidaklah haram untuk digunakan.”[1]

2. Imam Ibnu ‘Abidin Al Hanafi rahimahullah berkata :

قوله لا بأس باتخاذ المسبحة... والمشهور شرعا إطلاق السبحة بالضم على النافلة. قال في المغرب: لأنه يسبح فيها. ودليل الجواز ما رواه أبو داود والترمذي والنسائي وابن حبان والحاكم وقال صحيح

 Ucapannya: tidak mengapa menggunakan misbahah ... Yang masyhur secara syariat adalah penggunaaan subhah ini terdapat pada shalat sunnah. Ada pun dalil kebolehannya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Hibban, dan Al Hakim, dia berkata: shahih sanadnya.”[2]

2. Imam Ibnu Hajar al Haitami asy syafi'i rahimahullah berkata :

 عن ابن عمر رضي الله عنهما رأيت النبي صلى الله عليه وسلم يعقد التسبيح بيده. وما صح عن صفية: رضي الله عنها دخل علي رسول الله صلى الله عليه وسلم وبين يدي أربعة آلاف نواة أسبح بهن, فقال: ما هذا يا بنت حيي. قلت: أسبح بهن. .. وجاء التسبيح بالحصى والنوى والخيط المعقود فيه عقد عن جماعة من الصحابة ومن بعدهم.

 "Dari Shafiyah radhiallahu ‘anha: “ Rasulullah Shallallahu’alaihi wassallam masuk menemuinya, dan di tanganku  ada 4000 biji yang aku gunakan untuk bertasbih.  Beliau bertanya: “Apa ini wahai putrinya Huyai ?’ Aku menjawab: ‘Aku bertasbih dengannya.’ 

Telah terdapat keterangan tentang bertasbih menggunakan kerikil, biji, dan benang yang diikat menjadi beberapa himpunan dari para sahabat dan generasi setelah mereka."[3]

3. Ibnu Alan al Makki asy Syafi’i rahimahullah berkata :

في الحديث المذكور ندب اتخاذ السبحة، وزعم أنها بدعة غير صحيح

“Di dalam hadits telah disebutkan kebolehan menggunakan tasbih untuk berdzikir. Dan pernyataan bahwa ini adalah perbuatan bid’ah adalah tidak benar.”[4]

4. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :

وأما عده بالنوى والحصى ونحو ذلك فحسن وكان من الصحابة رضي الله عنهم من يفعل ذلك وقد رأى النبي صلى الله عليه وسلم أم المؤمنين تسبح بالحصى وأقرها على ذلك

“Adapun menghitung tasbih dengan biji-bijian,kerikil dan benda semisalnya, maka hal itu perbuatan yang baik. Dahulu sebagian sahabat radhiallahu ‘Anhum  ada yang memakainya, dan Nabi shallallahu’alaihi wassallam telah melihat ummul mukminin bertasbih dengan batu-batu kecil, dan beliau mentaqrirkannya (menyetujuinya).”[5]

5. Imam Suyuthi rahimahullah berkata :

ولم ينقل عن أحد من السلف ولا من الخلف المنع من جواز عد الذكر بالسبحة بل كان أكثرهم يعدونه بها ولا يرون ذلك مكروها

“Tidaklah ada nukilan seorang pun dari kalangan salaf dan tidak pula khalaf yang melarang kebolehan menghitung dzikir dengan tasbih, bahkan justru kebanyakan mereka menggunakannya. Dan mereka tidak memandangnya sebagai perbuatan yang dibenci.”[6]

5. Imam Syaukani rahimahullah berkata :

يدلان على جواز عد التسبيح بالنوى والحصى وكذا بالسبحة لعدم الفارق لتقريره

“Adanya dua hadits membolehkan menghitung tasbih dengan biji, kerikil, dan juga dengan untaian biji tasbih karena tidak ada bedanya, dan ini perbuatan yang ditaqrirkan (didiamkan/disetujui) oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wassallam...”[7]

6. Imam Thawawi rahimahullah berkata :

الروايات بالتسبيح بالنوى والحصى كثيرة عن الصحابة في بعض أمهات المؤمنين، بل رأى ذلك صلى الله عليه وسلم وأقر عليه

Banyak riwayat dari para shahabat bahwa mereka bertasbih dengan biji atau kerikil, dan juga riwayat dari sebagian ummahatul mukminin. Dan nabi melihat itu dan menyetujuinya.”[8]

7. Syaikh Syamsul Haq rahimahullah berkata :

الحديث دليل على جواز عد التسبيح بالنوى والحصى، وكذا بالسبحة لعدم الفارق، لتقريره صلى الله عليه وسلم للمرأة على ذلك وعدم إنكاره، والإرشاد إلى ما هو أفضل منه لا ينافي الجواز...وقد وردت في ذلك آثار، ولم يصب من قال إن ذلك بدعة

“Hadits ini merupakan dalil bolehnya menghitung tasbih dengan biji-bijian dan kerikil, begitu juga dengan tasbih karena tidak ada bedanya, hal ini karena adanya persetujuan Rasul shallallahu’alaihi wassalam... dan beliau tidak mengingkarinya. Adanya petunjuk beliau yang lebih utama (berdzikir dengan jari – jemari) tidak selalu diartikan menafikan bolehnya berdzikir dengan cara lain . .. Dan telah banyak atsar tentang hal ini, dan sama sekali tidak benar bagi yang mengatakan sebagai perbuatan bid’ah.”[9]

8. Imam al Munawi rahimahullah berkata :
وهذا أصل في ندب السبحة المعروفة وكان ذلك معروفا بين الصحابة فقد أخرج عبد الله بن أحمد أن أبا هريرة كان له خيط فيه ألفا عقدة فلا ينام حتى يسبح به

“Hadits ini merupakan dasar terhadap sunahnya subhah (untaian biji tasbih) yang sudah dikenal. Hal itu dikenal pada masa sahabat, Abdullah bin Ahmad telah meriwayatkan bahwa Abu Hurairah memiliki benang yang memiliki seribu himpunan, beliau tidaklah tidur sampai dia bertasbih dengannya.”[10]

 

9. Zainuddin bin Ibrahim al Hanafi rahimahullah berkata :

لا بأس باتخاذ السبحة المعروفة لإحصاء عدد الأذكار

“Tidak mengapa mengapa menggunakan biji tasbih yang telah dikenal itu untuk menghitung jumlah dzikir.”[11]

10. Syaikh ‘Athiyah Shaqr rahimahullah berkata :

  أن الأمر بالعد بالأصابع ليس على سبيل الحصر بحيث يمنع العد بغيرها ، صحيح أن العد بالأصابع فيه اقتداء النبى صلى الله عليه وسلم لكنه هو نفسه لم يمنع العد بغيرها ، بل أقر ه ، وإقراره من أدلة المشروعية .

 “Sesungguhnya perintah menghitung dzikir dengan jari tidaklah membatasi yang lainnya, yang membuat terlarang menghitung dengan selainnya. Benar bahwa menghitung dengan jari jemari merupakan upaya mengikuti Nabi shallallahu'alaihi wassallam, tetapi hal itu sendiri tidaklah melarang menggunakan selainnya. Bahkan Beliau menyetujuinya, dan persetujuannya itu merupakan dalil disyariatkannya.”  [12]

11. Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata :

السبحة ليست بدعة لأن النبي صلى الله عليه وسلم مر على نساء وهن يسبحن بالحصى

“Biji tasbih bukanlah bid’ah, karena Nabi shallallahu'alaihi wassallam pernah melewati  para wanita, dan mereka sedang bertasbih menggunakan batu-batu kecil."

12. Lajnah Daimah Arab Saudi menyebutkan fatwa :

استخدام المسبحة في عدد التسبيح أو الذكر مباح؛ لكن استعمال الأصابع أفضل

“Menggunakan biji tasbih untuk menghitung jumlah tasbih atau dzikir hukumnya mubah, akan tetapi cukup menggunakan jari -jemari saja itu lebih afdhal.”[13]

13. Majlis Islami lil Ifta Palestina menyebutkan fatwa :

لا بأس باتخاذ السبحة للتسبيح إذا خلا الأمر من الرياء. وهذا ما عليه جمهور الفقهاء من الحنفية والمالكية والشافعية

“Tidak mengapa menjadikan biji tasbih untuk berdzikir jika selamat dari riya. Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama dari kalangan Hanafiyyah, Malikiyyah dan Syafi’iyyah.”[14]

Wallahu a’lam.
________
[1] Majmu’ Syarh al Muhadzdzab (4/438).
[2] Darr al Mukhtar (1/650)
[3]  Fatawa al Fiqhiyah al Kubra (1/219)
[4] Al Futuhah ar Rabaniyah (1/252)
[5] Majmu’Fatawa (22/506).
[6] Tuhfatul Ahwadzi (9/322).
[7] Nail al Authar (2/366).
[8] Rad al Mukhtar ‘ala Darr al Mukhtar (1/437).
[9] Aunul Ma’bud (4/367).
[10] Faidh al qadir (4/355).
[11] Bahr ar Raqaiq (2/31).
[12] Fatawa Al Azhar (9/11)
[13] Kumpulan fatwa bagian pertama (24/291).
[14] Nomor fatwa 6.855

0 comments

Post a Comment