Afwan kiyai, mau bertanya tentang bacaan tasyahud akhir itu sampai di mana ? Apakah hanya sampai syahadat ataukah hingga bacaan shalawat Nabi ? Saya baca di artikel katanya tasyahud awal itu tidak ada shalawatnya. Tapi sejak kecil saya belajar membaca tasyahud awal sampai di bacaan “Allahumma sholli ‘ala sayidina Muhammad”.
Kiranya kiyai bisa menjelaskannya. Syukron. Jazakumullah ahsanal jaza.
Jawaban
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Bacaan tasyahud itu sudah benar hingga kalimat syahadat. Dan itu sudah cukup dibaca di tasyahud awal. Adapun bacaan setelahnya disebut dengan bacaan shalawat. Dan telah ma’fum kita ketahui bahwa di tasyahud awal yang dibaca hanya tasyahudnya saja, sedangkan di raka’at yang kedua wajib ditambah dengan bacaan shalawat yang disebut dengan shalawat Ibrahimiyyah.
Hanya ulama kemudian berbeda pendapat, apakah setelah selesainya bacaan tasyahud ada kesunnahan untuk menambahkan Allahumma shalli ‘ala Muhammad. Sebagian mengatakan ada, sedangkan mayoritasnya berpendapat tidak disunnahkan.
Tidak disunnahkan menambahkan apapun
Para ulama dari kalangan Hanafiyah, Malikiyyah dan sebagian Hanabilah menyatakan tidak ada kesunnahan menambahkan lafadz apapun setelah berakhirnya bacaan tasyahud di tasyahud awal.[1]
Berkata al ‘Ala as Samarqandi al Hanafi rahimahullah :
فنقول في التشهد الأول لا يزاد عليه شيء عند عامة العلماء
“Dan kami katakan bahwa ditasyahud awal tidak ditambahkan apapun padanya menurut kebanyakan ulama.”[2]
Berkata ar Ru’aini al Maliki rahimahullah :
وأما التشهد الأول فلا يزيد فيه على التشهد الأول دعاء ولا غيره
“Dan adapun pada tasyahud awal, maka tidak ada penambahan padanya setelah bacaan tasyahud awal, baik doa ataupun yang lainnya.”[3]
Berkata al Mardawi al Hanbali rahimahullah :
التشهُّدُ الأوّل. أنَّه لا يزيدُ عليه. وهو صحيح. وهو المذهبُ، وعليه الجمهور. ونص أَحْمد، أنَّه إنْ زادَ أساء
“Tasyahud awal, atasnya tidak ada penampahan (bacaan) dan ini yang shahih dan ini pendapat madzhab (Hanbali), dan ini pula yang menjadi pendapat jumhur ulama. Disebutkan dari imam Ahmad, jika ada yang menambah, maka itu hal yang jelek.”[4]
Disunnahkan menambah Shalawat ke Nabi
Sedangkan kalangan Syafi’iyyah berpendapat ada kesunnahan untuk menambahkan lafadz “Allahumma shalli ‘ala Muhammad” di waktu tasyahud awal.
Berkata al Imam Nawawi rahimahullah :
وأما التشهد الأول، فلا تـجب فـيه الصلاة علـى النبـي
بلا خلاف، وهل تستـحب؟ فـيه قولان: أصحهما: تستـحب. ولا تستـحب الصلاة علـى الآل علـى
الصحيح، وقـيـل: تستـحب،
“Adapun pada tasyahud awal, tidak diwajibkan padanya shalawat kepada Nabi shalallahu’alaihi wassalam tanpa adanya perbedaan pendapat. Dan apakah ada kesunnahannya ? Padanya ada dua pendapat, dan yang paling shahih (menurut syafi’iyyah) adalah disunnahkan. Dan tidak disunnahkan menambahkan “wa ‘ala ali” menurut pendapat yang shahih.”[5]
Berkata al Imam Mardawi rahimahullah :
فهل من السنة أن يصلي فيه على النبيأم لا؟ على وجهين:أحدهما: أنه مسنون فيه ...ولأن كل موضع كان ذكر عز وجل الله واجبا كان ذكر رسول الله واجبا وكل موضع كان ذكر الله عز وجل مسنونا كان ذكر رسول الله مسنوناوالقول الثاني: أنه ليس بمسنون لأن التشهد الأول موضوع على التخفيف
“Dan apakah disunnahkan bershalawat kepada Nabi ataukah tidak ? ada dua pendapat. Pertama mengatakan disunnahkan, hal ini karena setiap tempat yang menyebut Allah hukumnya wajib maka menyebut Rasulullah juga diwajibkan. Dan setiap tempat yang menyebut Allah hukumnya sunnah, maka menyebut Rasulullah juga disunnahkan.
Sedangkan pendapat kedua menyatakan tidak disunnahkan. Karena tasyahud awal itu tempatnya untuk dikerjakan secara ringkas (tidak perlu ditambah dengan shalawat pent.).”[6]
Dari madzhab lain yang turut memegang pendapat ini adalah al imam Ibnu Hubairah dan al Ajru dari madzhab Hanabilah.[7]
Demikian, Wallahu a’lam.
.png)
0 comments
Post a Comment