GOSOK GIGI KETIKA BERPUASA

 Afwan kiyai, apa hukum menyikat gigi ketika sedang berpuasa ?

Jawaban

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Bersiwak atau menggosok gigi termasuk perkara sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan  setiap waktu, terlebih dalam kondisi mulut berbau atau ketika akan shalat, hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadits :

 

لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وُضُوءٍ

Seandainya tidak memberatkan umatku niscaya akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali berwudhu.” (HR. Bukhari)     

Namun para ulama berbeda pendapat bila itu dilakukan ketika sedang berpuasa, sebagian menghukumi boleh, sedangkan sebagiannya lagi berpendapat makruh dalam keadaan tertentu.[1]

1.      Yang membolehkan

Sebagian ulama dari kalangan Hanafiyyah dan Hanabilah berpendapat bahwa bersiwak di siang hari puasa mutlak kebolehannya. Dalil dari pendapat ini adalah keumuman hadits-hadits yang menyebutkan tentang keutamaan bersiwak, diantaranya adalah yang telah disebutkan.

Berkata al imam Muhammad bin Hasan Asy Syaibani rahimahullah :

قال ابو حنيفة لا باس ‌بالسواك ‌للصائم في اية ساعة من ساعات النهار في اوله وفي آخره

“Dan berkata imam Abu Hanifah bahwa tidak mengapa bersiwak untuk orang yang puasa di semua waktu siang hari, baik waktu awal maupun akhir siang.”[2]

Berkata al imam Ibnu Qudamah rahimahullah :

قال أحمد: لا بأس ‌بالسواك ‌للصائم

“Berkata imam Ahmad : Tidak mengapa bersiwak bagi orang yang berpuasa.”[3]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

ولم يقم على كراهيته دليل شرعي يصلح أن يخص عمومات نصوص السواك

Dan tidak ada dalil syar’i yang layak untuk mengubah hukum bersiwak menjadi makruh.[4]

2.      Makruh dalam kondisi tertentu

Sedangkan sebagian ulama berpendapat bahwa hukum bersiwak bagi orang yang berpuasa bisa makruh dalam keadaan tertentu. Dalil pendapat ini adalah pertama, bersiwak berpotensi menyebabkan batal berpuasa dengan tertelannya bagian-bagian yang digunakan untuk bersiwak. Jika tujuannya untuk membersihkan mulut, maka itu sudah cukup dilakukan di pagi hari, toh setelah itu tidak ada yang mengotori mulut lagi hingga berbuka.

Dalil kedua adalah adanya hadits yang menyebutkan tentang fadhilah bau muut orang yang berpuasa, di mana Rasulullah Shalallahu’alahi wassalam bersabda :


   
لخلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك   

Sungguh bau mulut orang berpuasa, lebih harum di sisi Allah daripada aroma misik.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Berikut penjelasan dari kalangan yang memegang pendapat ini”

Madzhab Malikiyyah

Madzhab ini berpendapat bahwa membersihkan mulut dengan sesuatu yang kering (semisal siwak kering) di siang hari puasa hukumnya boleh, sedangkan bila menggunakan sesuatu yang basah seperti siwak basah atau gosok gigi dengan pasta maka hukumnya makruh.[5]

Berkata Ibnu Abdi Dar rahimahullah :

ولا بأس بالسواك للصائم في النهار كله عند مالك إذا كان السواك يابسا ويكرهه إذا كان رطبا

“Tidak mengapa bersiwak bagi orang yang sedang puasa sepanjang siang menurut Imam Malik jika siwaknya kering, namun beliau memakruhkannya jika siwaknya basah.[6]

Madzhab Syafi’iyyah

   Madzhab ini membolehkan bersiwak tanpa kemakruhan bila dilakukan di pagi hari sampai waktu zawal, adapun setelah zawal, yakni masuknya waktu dzuhur sampai terbenamnya matahari makruh hukumnya.[7]

Berkata al Imam an Nawawi rahimahullah :

قال الشافعي والأصحاب يكره للصائم السواك بعد الزوال هذا هو المشهور ولا فرق بين صوم النفل والفرض... والاستياك قبل الزوال بالرطب واليابس جائز بلا كراهة

“Al Imam Asy Syafi’i dan para ulamanya mengatakan bahwa bersiwak sesudah tergelincirnya matahari bagi orang yang berpuasa hukumnya makruh, dan ini adalah pendapat yang masyhur, baik puasa sunnah atau wajib, adapun bersiwak sebelum zawal baik dengan siwak yang kering ataupun basah maka hukumnya tidak makruh.”[8]

Sebagian Madzhab Hanbali     

            Ada sebagian dari ulama Hanbali berpendapat sebagaimana kalangan Syafi’iyyah, yakni boleh sebelum zawal dan makruh setelahnya. Berkata Abu Musa al Hasyimi al Hanbali :

ولا بأس ‌بالسواك ‌للصائم مالم يزل الزوال وليمسك عنه بعد الزوال

“Tidak mengapa bersiwak bagi orang yang berpuasa sebelum waktu zawal.  Dan hendaknya ia menahan untuk tidak bersiwak setelah waktu zawal.”

Kesimpulan

Bersiwak ketika berpuasa hukumnya boleh menurut mayoritas ulama, sedangkan sebagiannya menghukumi makruh bila telah tiba waktu zawal dan menggunakan bahan yang basah seperti mengosok gigi dengan pasta. Berkata al imam Syaukani sebagaimana yang dinukil oleh Syaikh Wahbah uhaili rahimahumallah :

 الحق أنه يستحب السواك للصائم أول النهار وآخره، وهو مذهب جمهور الأئمة

“Yang benar adalah bahwa tetap disunnahkan untuk bersiwak bagi orang yang berpuasa baik di awal siang maupun di akhirnya. Dan ini adalah madzhab mayoritas para imam.”[9]

Namun yang perlu diingat, bagi yang menggosok gigi saat berpuasa, hendaknya melakukannya dengan hati-hati, karena jika sampai ada bagian yang tertelan seperti odol dan air saat berkumur, bisa membatalkan puasa. Berkata al imam Nawawi rahimahullah :

لو ‌استاك ‌بسواك ‌رطب ‌فانفصل ‌من ‌رطوبته أو خشبه المتشعب شئ وابتلعه أفطر بلا

Jika ada orang yang bersiwak dengan siwak basah. Kemudian ada bagian yang terpisah dari siwak yang ia gunakan, atau bagian—bagiannya (bulu-bulu) kayunya itu lepas kemudian tertelan, maka puasanya batal tanpa ada perbedaan pendapat ulama.[10]

Itu kalau air dan odolnya yang ketelan, bagaimana kalau sikat giginya yang ketelan ? Ya kalau begitu kasusnya bukan cuma puasanya yang batal, hidup antum juga bisa berakhir. Auto buka puasanya di alam Barzakh.

 Wallahu a’lam.



[1] Dar al Mukhtar (2/114), al Hidayah (2/270), Al Majmu' Syarah alMuhadzdzab (6/377), al Mughni (3/125), al Qawanin al Fiqhiyyah hal 80.

[2] Hujjah ‘ala Ahlil Madinah (1/411)

[3] Al Mughni (4/359)

[4] Majmu' Fatawa (25/266).

[5] Asy Syarah ash Shaghir (1/292).

[6] Al Kafi fi Fiqhi Ahlil Madinah (1/352).

[7] Raudhatut Thalibin (2/368).

[8] Al Majmu' Syarah al Muhadzdab (6/377).

[9] Fiqh al Islami wa Adillatuhu (1/457)

[10] Majmu’ Syarh al Muhadzdzab (6/318)

0 comments

Post a Comment