HIKMAH DIRAHASIAKANNYA MALAM QADR

 

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Malam kemuliaan atau lailatul Qadr adalah  suatu malam yang  dibahasakan oleh al imam Muhyiddin Ibnu Arabi  rahimahullah sebagai sebuah kado istimewa bagi umat nabi Muhammad yang nilainya tidak tertandingi oleh apapun.[1]

Namun diantara yang masih terus menjadi bahan perdebatan ulama dahulu hingga hari, kapankah malam kemuliaan ini terjadi ? Ada sekian  banyak pendapat ulama dalam masalah ini, hingga  al imam Ibnu Hajar al Asqalani sendiri dalam fath al Bari menyebutkan sekitar 45 pendapat ulama dengan dalil masing-masing.

Yang jelas pada akhirnya, kapan malam Qadr ini terjadi tidaklah bisa dipastikan 100 persen waktunya. Semua hanya berdasarkan dugaan, baik dugaan secara kuat maupun lemah.

Lalu apa kira-kira hikmah dari disembunyikannya waktu yang luar biasa ini dari kita ? Berikut diantara pendapat para ahli ilmu tentang hal ini :

1.     Agar manusia lebih bersungguh-sungguh dalam mencarinya

Berkata al imam Ibnu Hajar al Asqalani rahimahullah :

الحكمة في إخفاء ليلة القدر ليحصل الاجتهاد في التماسها بخلاف ما لو عينت لها ليلة لاقتصر عليها

“Hikmah dari disembunyikannya malam Qadr adalah untuk melahirkankesungguhan dalam menggapainya. Ini berbeda jika malam Qadr ini telah diketahui waktunya, maka orang-orang akan terbatas (dalam kesungguhan beribadah) hanya di waktu tersebut.”[2]

Berkata al imam Fakhrurazzi rahimahullah :

أنه تعالى أخفى هذه الليلة لوجوه أحدها: أنه تعالى أخفاها، كما أخفى سائر الأشياء، فإنه أخفى رضاه في الطاعات، حتى يرغبوا في الكل، وأخفى الإجابة في الدعاء ليبالغوا في كل الدعوات، وأخفى الاسم الأعظم ليعظموا كل الأسماء، وأخفى في الصلاة الوسطى ليحافظوا على الكل، وأخفى قبول التوبة ليواظب المكلف على جميع أقسام التوبة، وأخفى وقت الموت ليخاف المكلف، فكذا أخفى هذه الليلة ليعظموا جميع ليالي رمضان

 Sesungguhnya Allah ta’ala merahasiakan Lailatul Qadar karena beberapa alasan. Pertama, Allah telah merahasiakannya sebagaimana Ia rahasiakan beberapa hal. Sebagaimana Allah rahasiakan ridha-Nya pada ketaatan hamba, sehingga manusia bersungguh-sungguh dalam melakukan amal ketaatan.

Allah ta’ala juga merahasiakan dikabulkan doa di antara doa-doa, agar para hambabersungguh-sungguh dalam setiap doanya.

Allah juga merahasiakan namnya yang agung di antara nama-nama-Nya, agar hamba-hamba mengagungkan semua nama-Nya. Dia juga merahasiakan shalatul wustha di antara semua shalat lima waktu, agar para hamba menjaga semua waktu shalat.

 Allah juga merahasiakan diterimanya taubat di antara taubat-taubat hamba, supaya mereka bersungguh-sungguh dalam setiap taubatnya.  Dia merahasiakan datangnya kematian dalam kehidupan, supaya para hamba takut kepada Allah. Demikian halnya ketika Dia merahasiakan Lailatul Qadar di antara malam-malam Ramadhan, supaya manusia bersungguh-sungguh dalam beribadah pada semua malam Ramadhan.”[3]

2.     Sebagai bentuk rahmat kasih sayang bagi yang enggan beribadah

Disebutkan dalam sebuah riwayat pernah suatu hari Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam masuk ke masjid dan mendapati ada yang sedang tidur padahal telah tiba waktu shalat. Maka Rasulullah memerintahkan Ali untuk membangunkannya dan pergi berwudhu. Setelah orang tersebut bangun dan pergi untuk bersuci, Ali bertanya kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam :

يا رسول الله إنك سبَّاق إلى الخيرات، فَلِمَ لم تنبِّهُه ؟

“Wahai Rasulullah engkau adalah orang yang terdepan dalam setiap kebaikan, mengapa tadi bukan anda sendiri yang membangunkannya ?”

Beliau menjawab :

 

لأن ردَّه عليك ليس بكفر، ففعلت ذلك لتخفَّ جنايته لو أبى

Karena kalau orang tadi menolak perintahmu, itu tidak akan membuatnya kufur. Aku tak membangunkannya sendiri supaya dosa orang itu lebih ringan jika ia menolak (perintahmu).

Syaikh al Qami an Naisaburi rahimahullah berkata ketika menjelaskan hadits ini :

فإذا كان هذا رحمة الرسول صلى الله عليه وسلم فقس عليه رحمة الله تعالى عليه. وكأنه سبحانه يقول: إذا عرفت ليلة القدر فإن أطعت فيها اكتسبت ثواب ألف شهر، وإن عصيت فيها اكتسبت عقاب ألف شهر، ورفع العقاب أولى من جلب الثواب، فالإشفاق أن لا يعرفها المكلف بعينها لئلا يكون بالمعصية فيها خاطئا متعمدا

Jika demikian besarnya kasih sayang Rasulullah, lalu bagaimana lagi dengan kasih sayang Allah ta’ala ? Seakan -akan Allah ta’ala berfirman :  Jika kamu sekalian tahu kapan terjadinya Lailatul Qadr dan kalian bisa melakukan ketaatan maka kalian dapat pahala ibadah seribu bulan, tapi jika kalian melakukan kemaksiatan di dalamnya maka kalian juga akan mendapatkan dosa selama seribu tahun.

Maka Allah mengangkat kemungkinan terjadinya dosa dari pada mendapatkan pahala. Diharapkan  dengan tidak diketahuinya oleh para hamba kapan pastinya terjadinya malam Qadr, ketika mereka berbuat maksiat di dalamnya itu adalah hal yang tidak disengaja.”[4]

Jelasnya, Allah tidak ingin jika waktunya lailatul Qadr disebutkan secara gamblang lalu hamba-hambaNya lalai, mereka akan ditimpa adzab dengan sebab kelalaiannya itu. Karena tentu berbeda keadaannya antara orang yang sengaja tidak mau melakukan ibadah di malam Qadr karena tahu dengan yang tidak tahu.

Wallahu a’lam.



[1]Ahkamul Qur’an li Ibni ‘Arabi (4/428)

[2] Fath al Bari (4/266)

[3] Mafatih al Ghaib (32/229)

[4] Tafsir an Naisaburi (6/537)

0 comments

Post a Comment