KAPAN WAKTU MENGELUARKAN ZAKAT FITRAH ?

Zakat fitrah atau zakat fitri mulai diwajibkan untuk ditunaikan menurut madzhab Hanafiyah adalah jika telah terbitnya fajar di hari raya.[1] Sedangkan menurut jumhur ulama dari kalangan Syafi’iyyah, Hanabilah dan pendapat yang kuat dari madzhab Malikiyah adalah sejak terbenamnya matahari di malam satu syawal.[2]

Artinya, bila seseorang telah berada di waktu tersebut, ia telah terkena kewajiban untuk membayar zakat fitrah. Semisal ada yang meninggal di waktu ashar sebelum masuk malam satu Syawal, maka ia tidak wajib untuk ditunaikan zakat fitrahnya.

Hanya kemudian dari kewajiban zakat ini, sifatnya ia boleh diawalkan atau pun diakhirkan. Berikut pembagian waktu pembayaran zakat fitrah ditinjau dari sisi hukumnya :

Waktu yang tidak sah

Menurut Hanafiyah tidak sah zakat fitrah sebelum masuk malam satu Syawal. Menurut Malikiyah dan Hanabilah tidak sah lebih tiga hari dari waktu hari raya, sedangkan Syafi’iyyah berpendapat zakat fitrah baru tidak sah bila dikeluarkannya sebelum masuk Ramadhan.[3]

Maka jelas di sini, yang paling longgar waktu untuk menunaikan zakat fitrah adalah menurut kalangan Syafi’iyyah.

Waktu yang boleh

Menurut kalangan Syafi’iyyah kebolehan membayar zakat fitrah sejak hari pertama bulan Ramadhan. Dalil pendapat hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma yang berbunyi :



أن رسول الله صلى الله عليه وسلم فرض زكاة الفطر من رمضان على كل نفس من المسلمين


“Bahwasanya Rasulullah shallallaahu‘alaihi wasallam telah mewajibkan zakat fitrah di bulan Ramadhan bagi setiap orang dari kaum muslimin.” (HR. Muslim).

Sedangkan Malikiyyah dan Hanabilah berpendapat kebolehan menyegerakan zakat fitrah adalah satu atau dua hari saja sebelum idul fitri tidak lebih dari itu.[4]

Dalil pendapat ini adalah sebuah hadits yang juga dari Abdullah bin Umar :

كَانُوا يُعْطُونَ صَدَقَةَ الْفِطْرِ قَبْل الْعِيدِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ

“Adalah mereka dahulu menunaikan zakat fitrah sehari atau dua hari sebelum shalat Id.” (HR. Bukhari)

Sedangkan kalangan Hanafiyah berpendapat bahwa zakat fitrah itu berkaitan dengan hari raya, sehingga ia hanya boleh dilakukan saat telah masuknya waktu hari raya yakni malam satu Syawal. Namun uniknya, sebagian Hanafiyah ada yang sependapat dengan Syafi’iyyah, yakni bolehnya mengawalkan zakat Fitrah sejak awal Ramadhan.[5]

Waktu yang afdhal

Menurut Hanafiyah,[6] Malikiyyah[7], Syafi’iyyah[8], Dan Hanabilah[9] waktu yang paling afdhal untuk mengeluarkan zakat fitrah adalah saat sebelum dilaksanakan shalat Id. Dalil pendapat ini adalah hadits yang berbunyi :

اغْنُوهُمْ فِي هَذَا الْيَوْمِ

“Cukupilah mereka (orang-orang miskin di hari ini.” (HR. Daraquthni)

Imam Nawawi rahimahullah bahkan mengatakan adanya ijma’ tentang waktu afdhal ini :

أجمعوا على أن الأفضل أن يخرجها يوم ‌الفطر ‌قبل ‌صلاة ‌العيد

“Dengan mereka telah sepakat bahwa yang afdhal adalah mengeluarkannya adalah pada hari raya sebelum ditunaikannya shalat Id.”[10]

Sedangkan kalangan Malikiyah memberikan keterangan tambahan bahwa waktu afdhal adalah ketika terbitnya Fajr di satu Syawal hingga sebelum shalat Id diselenggarakan.[11]

Waktu yang makruh

Zakat fitrah makruh ditunaikan setelah shalat id menurut kalangan Syafi’iyyah, namun demikian tetap wajib dan sah jika seseorang menunaikannya setelah selesainya waktu hari raya.[12]

Waktu yang diharamkan

Zakat fitrah haram ditunaikan setelah selesainya shalat idul Fitri menurut mayoritas ulama[13], dalilnya adalah :

مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ، فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ، وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ، فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ

Barangsiapa mengeluarkan Fitrah sebelum shalat Idul fitri maka itu adalah zakat yang diterima, dan barangsiapa mengeluarkannya setelah shalat, maka itu adalah sedekah biasa.” (HR. Abu Daud)

Sedangkan kalangan Syafi’iyyah berpendapat haramnya menunaikan zakat fitrah adalah setelah berlalu satu Syawal.[14] 

 Namun demikian semua ulama madzhab sepakat bahwa kewajiban menunaikan zakat atas dirinya tidak gugur. Artinya seseorang tetap wajib mengqadha zakat fitrahnya itu kapanpun, meski ia mendapatkan dosa karena telah mengakhirkan zakatnya.[15]

Demikian. Wallahu a’lam.


[1] Syarah Mukhtashar Thawawi (2/355)

[2] al Isyraf (1/414), Nihayatul Mathlab (2/526), al Inshaf (3/176)

[3] Fiqh al Islam wa Adilatuhu (3/2036)

[4] At Tahdzib (1/482), Kasyful Qina (1/471)

[5] Al Mausu’ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah (23/340)

[6] Majmu’ Anhar fi Syarh Mutltaqa Abhar (1/228),

[7] Al Kafi (1/321)

[8] Tanbih fi Fiqh Syafi’iyah hal. 61.

[9] Fiqh ibadat ‘ala Madzhab Hanbali hal. 375

[10] Majmu’ Syarah al Muhadzdzab (6/142)

[11] Aunul Matin hal. 400

[12] I’anah Thalibin (2/197)

[13] Al Mausu’ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah (23/341)

[14] Mughni Muhtaj (1/402), Tanbih fi Fiqh Syafi’iyah hal. 61

[15] Al Mausu’ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah (23/341), Fiqh al Islami wa Adillatuhu (3/2036)

 

0 comments

Post a Comment