PARA ULAMA YANG MEMBOLEHKAN ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Telah diketahui bahwa pendapat mayoritas ulama dari kalangan Malikiyah, Syafi’iyyah dan Hanabilah mengharuskan zakat dengan makanan pokok negeri, dan tidak mmebolehkan diganti dengan uang.

Dan masyhur dikenal bahwa kalangan Hanafiyahlah sebagai satu-satunya madzhab yang membolehkan. Namun ternyata banyak yang mengira, bahwa madzhab Hanafi menyendiri dalam masalah ini, padahal pendapat ini pun sebenarnya dipegang oleh ulama lainnya dan bahkan dinisbahkan kepada ulama besar dari kalangan tabi’in dan para shahabat. Ia juga dinukilkan dari para ulama madzhab lainnya seperti Syafi’iyyah dan Malikiyyah.

Berikut diantara nama-nama besar ulama yang disebut membolehkan zakat fitrah diganti dengan uang.

1.     Riwayat dari sebagian shahabat

Abu Ishaq rahimahullah berkata :

أدركتهم وهم يعطون في صدقة ‌رمضان ‌الدراهم ‌بقيمة ‌الطعام

“Kami mendapati mereka dari para shahabat Nabi menunaikan zakat Ramadhan dalam bentuk dirham sebagai ganti makanan.”[1]

من الصحابة رضوان الله عليهم عمر بن الخطاب، وابنه عبد الله بن عمر، وعبد الله بن مسعود، وعبد الله بن عبّاس، ومعاذ بن جبل.

“Dari para shahabat (yang membolehkan zakat dengan uang) adalah Umar bin Khattab dan anaknya ; Abdullah bin Umar, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Abbas, dan Muadz bin Jabal.”[2]

2.     Umar bin Abdul Aziz

جاءنا ‌كتاب ‌عمر ‌بن ‌عبد ‌العزيز ‌في ‌صدقة ‌الفطر: ‌نصف ‌صاع ‌عن ‌كل ‌إنسان ‌أو ‌قيمته ‌نصف ‌درهم

“Datang kepada kami Umar bin Abdul Aziz dengan membawa zakat Fitrah. Setengah Sha’ untuk setiap orang atau dengan uang senilai setengah dirham.”[3]

Al imam Ibnu Hazm berkata :

وصح عن عمر بن عبد العزيز إيجاب نصف صاع من بر على الإنسان في صدقة الفطر، أو قيمته

“Benar bahwa Umar bin Abdul Aziz menyerahkan setengah sha’ dari tepung ke orang-orang dari zakat Fitrah, atau berupa uang.”[4]

3. Imam Hasan al Bashri rahimahullah

 

لا بأس أن تُعطى الدراهم في صدقة الفطر

“Tidak mengapa untuk memberikan dirham sebagai ganti zakat Fitrah.”[5]

4. Imam Sufyan ats Tsauri rahimahullah

وكان أبو حنيفة والثوري يقولان بجواز إخراج القيمة

“Adalah Abu Hanifah dan Tsauri keduanya berkata bolehnya mengeluarkan zakat dengan uang.”[6]

Beliau juga berkata :

لا يشترط إخراج التمر أو الشعير أو البر في زكاة الفطر بل لو أخرج قيمتها مما هو أنفع للفقير جاز لأن المقصد منها إغناء الفقراء

“Tidak disyaratkan untuk mengeluarkan zakat Fitrah dalam bentuk kurma, atau gandum atau tepung. Seandainya dikeluarkan dalam bentuk uang yang mana itu lebih bermanfaat bagi orang fakir maka dibolehkan. Karena tujuan zakat adalah mencukupi kebutuhan orang fakir.”[7]

5. Imam Yahya bin Ma’in rahimahullah

قال يحيى في زكاة الفطر: لا بأس أن يعطي فضةً

“Telah berkata Yahya bin Ma’in dalam masalah zakat fitrah : Tidak mengapa itu digantikan dengan mata uang perak.”[8]

6. Ibnu Zanjawih rahimahullah W 251 H

Beliau adalah ulama besar hadits yang tsiqah menurut Nasai, adz Dzahabi dan lainnya. Dalam kitabnya al Amwal beliau membuat judul khusus :

بَابٌ: الرُّخْصَةُ فِي إِخْرَاجِ الدَّرَاهِمِ بِالْقِيمَةِ

“Bab keringanan pada mengeluarkan dirham sebagai nilai (zakat).”[9]

7.  Imam Bukhari rahimahullah

Dalam fath al Bari Ibnu Hajar menukilkan perkataan Ibnu Rusyd ketika ia menyebutkan tentang hadits Muadz tentang zakat.

وافق البخاري فى هذه المسألة الحنفية مع كثرة مخالفتهم لهم لكن قاده إلى ذلك الدليل

“Dalam masalah ini (zakat dengan uang), Bukhari sependapat dengan kalangan Hanafiyyah meskipun sebenarnya ia banyak berbeda dengan mereka (dalam banyak masalah), tetapi kekuatan dalil yang membuatnya sependapat dengan mereka dalam hal ini.”[10]

8. Ibnu Taimiyah rahimahullah

‌وأما ‌إخراج ‌القيمة ‌للحاجة ‌أو ‌المصلحة، ‌أو ‌العدل ‌فلا ‌بأس ‌به

“Adapun mengeluarkan zakat dalam bentuk uang karena adanya kebutuhan atau maslahat atau tujuan maka itu tidak mengapa.”[11]

9 Imam Ruyani Asy Syafi’i rahimahullah

جواز صرف زكاة الفطر إلى فقير واحد، ‌وإخراج ‌القيمة ‌عنها ‌كمذهب ‌أبى ‌حنيفة

 

“Beliau membolehkan memberikan zakat hanya kepada satu orang miskin, dan membolehkan mengeluarkan zakat dengan uang seperti madzhab imam Abu Hanifah.”[12]

10. Syihabuddin ar Ramli asy Syafi’i rahimahullah

فيجوز ‌فيها ‌للمرء ‌المذكور ‌تقليد ‌الإمام ‌أبي ‌حنيفة رضي الله عنه - في إخراج بدل الزكاة دراهم

“Dan dibolehkan bagi seseorang untuk taqlid kepada imam Abu Hanifah radhiyallahu’anhu dalam mengeluarkan pengganti zakat dengan dirham.”[13]

11. Sebagian ulama madzhab Malikiyah

ورُوي عن بعض المالكية القول بإخراج القيمة ولكن مع الكراهة

“Diriwayatkan dari sebagian Malikiyyah pendapat bolehnya mengeluarkan zakat dnegan harganya (uang) meskipun dengan adanya kemakruhan.”[14]

12. Imam Malik rahimahullah

Berkata al imam Abdil Barr al Maliki rahimahullah :

وقد رُوي عنه وعن طائفة من أصحابه أنه تجزأ القيمة عمن أخرجها في زكاة الفطر

“Dan telah diriwayatkan darinya dari sebagian shahabat-shahabatnya bahwa beliau membolehkan membayar dengan uang untuk zakat fitrah.”[15]

13. Ibnu Qasim al Maliki rahimahullah

باب دفع القيمة في زكاة الفطر ... ولو فعل لم أر به بأساً

“Pada bab mengeluarkan uang untuk membayar zakat fitrah... Seandainnya seseorang mengerjakannya, aku tidak melihat itu sebagai sebuah masalah.”[16]

14. Ibnu Habib al Maliki rahimahullah

وأجاز ابن حبيب دفع القيمة إذا رآه أحسن للمساكين

“Ibnu Habib membolehkan membayar zakat dengan uang jika itu dipandang lebih bermanfaat untuk orang-orang miskin.”[17]

15. Ibnu Arafah al Maliki rahimahullah

..يفتي لأهل البلاد إذا أخذها منهم العمال أول الشهر قيمة أنها تجزي

 

“Bahwa beliau pernah berfatwa jika mereka mebayarkan zakat di awal bulan dengan uang maka itu dibolehkan.”[18]

16. Kitab Fiqih al Manhaji ala Madzhab asy Syafi’i

لا بأس باتباع مذهب الإمام أبي حنيفة رحمه الله تعالى في هذه المسألة في هذا العصر، وهو جواز دفع القيمة، ذلك لأن القيمة أنفع للفقير اليوم من الفقير نفسه، واقرب إلى تحقيق الغاية المرجوة.

“Di zaman sekarang ini, tidaklah mengapa untuk mengikut mazhab Imam Abu Hanifah rahimahullah  dalam masalah ini, yaitu bolehnya menyerahkan uang untuk zakat fitrah. Karena saat ini, uang lebih bermanfaat bagi orang fakir dari orang fakir itu sendiri dan lebih realistis dalam memastikan tujuan yang diharapkan.”[19]

Wallahu a'lam

[1] Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (2/294)

[2] Umadatul Qari (9/8)

[3] Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (6/293)

[4] Al Muhalla bil Atsar (6/130)

[5] Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (6/293)

[6] Jami’ Ahkam ash Shiyam hal.375

[7] Al Mausu’ah Fiqhiyyah Sufyan ats Tsauri hal. 473

[8] Tarikh Ibn Ma’in (3/476)

[9] Al Amwal (3/1267)

[10] Fath al Bari  (3/312)

[11] Majmu’ Fatawa (25/82)

[12] Aqdul Madzhab hal.144, Tabaqat Syafi’iyin 525

[13] Fatawa ar Ramli (2/56)

[14] Jami’ Ahkam ash Shiyam hal.375

[15] Al Kafi fi Fiqh Ahli Madinah (1/323)

[16] Al Bayan wa Tahshil (2/486)

[17] Umdatul Qari (9/8)

[18] Fatawa al Barzali (1/582)

[19] Fiqih al Manhaji (1/230)

 

0 comments

Post a Comment