DIANTARA MUTIARA NASEHAT UMAR BIN KHATTAB

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

من لا يعرف الشرّ كان أجدر أن يقع فيه

“Siapa yang tidak mengetahui keburukan, maka sangat mungkin ia akan jatuh kepada keburukan tersebut.”[1]

أعقل الناس أعذرهم للناس

“Manusia yang paling berakal adalah yang paling bisa memberi udzur kepada orang lain.”[2]

 

لا ‌تظننّ ‌بكلمة ‌خرجتْ ‌من ‌أخيك ‌إلا ‌خيرا، ‌وانتَ ‌تجدُ ‌لها ‌في ‌الخير ‌محملا

“Jangan engkau memaknai ucapan saudaramu kecuali dengan makna yang baik, selama engkau masih mendapatkan adanya kemungkinan bahwa memang ucapan itu bisa dimaknai dengan kebaikan.”[3]

ما الخمر صرفا باذهب لعقول الرجال من الطمع

“Khamar tidaklah lebih bisa menghilangkan akal seseorang daripada sifat tama’.”[4]

 لا يكن حبّك كلفا، ولا بغضك تلفا

“Cinta jangan sampai membuatmu berlebihan, benci jangan menjadikanmu berbuat kerusakan.”[5]

لو أن الشكر والصبر بعيران ما باليت أيّهما أركب

“Seandainya syukur dan sabar itu adalah kendaraan, maka aku tidak peduli yang mana dari keduanya yang akan aku kendarai.”[6]

إذا ‌كان ‌الشغل ‌مجهدة ‌فإن ‌الفراغ ‌مفسدة

“Jika kesibukan menyebabakan lelah, maka sesungguhnya menganggur adalah kehancuran.”[7]

إني لأكره أن أرى أحدكم فارغاً سب لا في عمارة دنيا ولا في عمل آخرة

 “Sungguh aku sangat membenci melihat dari kalian yang kosong dari aktivitas. Tidak untuk urusan dunia juga tidak beramal untuk akhirat.”[8]

أحذركم من عاقبة الفراغ فإنها أجمع لأبواب المكروه من السكر

“Aku mengingatkan kalian akibat buruk dari menganggur. Karena ia mengumpulkan semua pintu-pintu yang dibenci dari keburukan.”[9]

‌تعلموا ‌العربية ‌فإنها ‌من ‌دينكم

“Pelajarilah bahasa Arab, karena ini bagian dari agama kalian.”[10]

‌نحن ‌قوم ‌أعزنا ‌الله ‌بالإسلام فمتى ابتغينا بغير الإسلام أذلنا الله

“Kita adalah umat yang Allah muliakan dengan Islam, maka manakala kita mencari kemuliaan selain dari Islam, Allah pasti akan menghinakan kita.”[11]

أحبّ ‌النّاس ‌إليّ من رفع إليّ ‌عيوبى

 “Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kekuranganku.”[12]

ومن أكثر من شيء عرف به، ومن كثر مزاحه كثر سقطه، ومن كثر سقطه قل ورعه، ومن قل ورعه ذهب حياؤه، ومن ذهب حياؤه مات قلبه

 “Adalah seseorang itu dikenal dari aktivitas apa yang paling banyak dilakukannya. Siapa yang banyak bercanda akan banyak ketergelincirannya, siapa yag banyak tergelincir akan sedikit sifat wara’nya, siapa yang sedikit sifat wara’nya akan hilang sifat malunya dan siapa yang hilang sifat malunya akan mati hatinya.”[13]

ترك ‌الْخَطِيئَة ‌خير ‌من ‌معالجة ‌التَّوْبَة

 “Menghindari kesalahan lebih baik dari mengobati kesalahan dengan taubat.”[14]

‌ليس ‌خيركم ‌من ‌عمل ‌للآخرة ‌وترك ‌الدنيا، أو من عمل للدنيا وترك الآخرة، ولكن خيركم من أخذ من هذه وهذه

 “Orang terbaik dari kalian bukanlah dia yang karena mengerjakan amal akhirat lalu meninggalkan dunia, atau yang mengerjakan pekerjaan dunia lalu dia meninggalkan akhirat. Tapi yang terbaik dari kalian adalah yang mengambil bagian dari ini (akhirat) dan juga bagian yang ini (dunia).”[15]

من ‌كثر ‌ضحكه ‌قلت ‌هيبته،

“Siapa yang banyak tertawa akan menjadi sedikit wibawanya.”[16]

لا ‌عمل ‌لمن ‌لا ‌نية

“Tidak ada amal bagi seseorang yang tidak berniat.”[17]

والله ‌لوددت ‌أن ‌أخرج ‌من ‌الدنيا ‌كفافاً ‌لا ‌لي ‌ولا ‌عليَّ

 “Demi Allah, aku berharap seandainya aku bisa keluar dari dunia ini dengan impas, tidak mendapat pahala juga tidak mendapatkan dosa.”[18]

واعتزل عدوك، ‌واحذر ‌صديقك ‌إلا ‌الأمين

“Menyingkirlah dari musuhmu, dan waspadailah teman-temanmu kecuali mereka yang mempunyai sifat amanah.”[19]

‌رحم ‌الله ‌من ‌أهدى ‌الي ‌عيوبي

“Semoga Allah merahmati seseorang yang telah menunjukkan aib-aibku.”[20]

إياك ‌ومؤاخاة ‌الأحمق، فإنه ربما أراد أن ينفعك فضرّك

“Jauhi olehmu berteman karib dengan orang yang dungu. Karena sesungguhnya bisa jadi orang yang seperti itu hendak memberimu manfaat, tapi justru menimpakan bahaya untukmu.”[21]

لست بالخب ولا الخب يخدعني

“Aku bukan penipu, tapi penipu sekalipun tidak akan bisa menipuku.”[22]

لا ‌يكون ‌الرجل ‌عالما ‌حتى ‌لا ‌يحسد ‌من ‌فوقه، ولا يحقر من دونه، ولا يبتغي بعلمه ثمنا

 “Seseorang tidak akan menjadi orang yang berilmu, sampai ia tidak iri dengki kepada pihak yang ada di atasnya, tidak meremehkan pihak yang ada di bawahnya dan tidak memperjual belikan ilmunya.”[23]

‌تفقهوا ‌قبل ‌أن ‌تسودوا

“Belajarlah dengan baik sebelum engkau menjadi sosok yang ditokohkan.”[24]

ما ‌من ‌أحد ‌عنده ‌نعمة إلا وجدت له حاسدا ولو كان المرء أقوم من القدح لوجدت له غامزا

“Tidaklah ada suatu nikmat pada diri seseorang melainkan akan ada orang yang hasad (dengki) terhadapnya. Meskipun orang tersebut lebih datar dari pada permukaan cangkir (orang yang sangat baik), pasti ada saja yang akan mengerdipkan mata kepadanya (tidak menyukainya).”[25]

Semoga bermanfaat.


[1] Zahrul Adab (1/73)

[2] Tamtsil wal Muhadzarah hal.29

[3] Tafsir li al Qathan (3/262)

[4] Zahrul Adab (1/73)

[5] Adab al Mufrad hal. 744

[6] Zahrul Adab (1/73)

[7] Syakau wal Atab hal. 129

[8] Tahdzib al Lughah (8/197)

[9] Syakau wal Atab hal. 129

[10] Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (6/116)

[11] Tafsir Ibn Katsir (4/40)

[12] Thabaqat al Kubra (3/273)

[13] Al Bayan wa Tabyin (2/131)

[14] Natsrul Darr (2/36)

[15] Majalis ats Tsa’lab hal. 108

[16] Al Bayan wa Tabyin (2/131)

[17] Uyunul Akhbar (1/357)

[18] Silsilatul Mashabih al Huda (7/7)

[19] Tarikh al Madinah (2/770)

[20] Sunan Abu Dawud (7/279)

[21] Al Bayan wa Tabyin (3/309)

[22] Kasyf an Niqab hal. 64

[23] Musnad Darimi (1/335)

[24] Zuhud li Waki’ hal. 237

[25] Raudhatul ‘Uqala hal.134

0 comments

Post a Comment