ADAKAH ARWAH GENTAYANGAN ?


Maaf ustadz mau bertanya, apakah arwah orang meninggal tinggal di rumahnya selama 40 hari, dan setelah itu tiap malam jum’at pulang ke rumahnya ?

Jawaban

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
 
Pemahaman bahwa ada arwah yang masih gentayangan setelah meninggal seperti pertanyaan diatas, setelah saya lacak bersumber dari adanya dua riwayat berikut ini :

إِذَا مَاتَ اْلمُؤْمِنُ حَامَ رُوْحُهُ حَوْلَ دَارِهِ شَهْراً فَيَنْظُرُ إِلَى مَنْ خَلَفَ مِنْ عِياَلِهِ كَيْفَ يَقْسِمُ مَالَهُ وَكَيْفَ يُؤَدِّيْ دُيُوْنَهُ

“Apabila seorang mukmin meninggal dunia, maka arwahnya berkeliling di seputar rumahnya selama satu bulan. Ia memperhatikan keluarga yang ditinggalkannya bagaimana mereka membagi hartanya dan membayarkan hutangnya."

Riwayat kedua,

اَلْمَيِّتُ إِذاَ مَاتَ دِيْرَ بِهِ دَارُهُ شَهْرًا يَعْنِيْ بِرُوْحِهِ وَحَوْلَ قَبْرِهِ سَنَةً ثُمَّ تُرْفَعُ إِلَى السَّبَبِ الَّذِيْ تَلْتَقِيْ فِيْهِ أَرْواَحُ اْلأَحْياَءِ وَاْلأَمْواَتِ

"Seseorang apabila meninggal, maka ruhnya dibawa berputar-putar di sekeliling rumahnya selama satu bulan, dan di sekeliling makamnya selama satu tahun, kemudian ruh itu dinaikkan ke suatu tempat di mana ruh orang hidup bertemu dengan arwah orang mati."

Sumber nukilan
Riwayat diatas terdapat dalam kitab al Firdaus fi Ma’tsur al-Khithab karya imam Dailami  jilid ke-4 halaman 240, tanpa ada sanad riwayat. Kemudian riwayat dalam kitab tersebut dinukil oleh imam Suyuthi ke dalam dua kitabnya Busyra al-Ka’ib bi Liqa’ al-Habib halaman 11 dan Syarh ash-Shudur bi Syarh Hal al-Mauta wa al-Qubur halaman  262.
Maka jelas bahwa riwayat diatas tidak bisa dikatakan sebagai hadits Nabi shalallahu’alaihi wassalam, karena tidak memiliki sanad riwayat, tegasnya dihukumi sebagai hadits palsu.[1] Sehingga menjadikannya sebagai sandaran keyakinan adalah hal yang diingkari menurut kesepakatan para ulama.
Kepalsuan riwayat diatas juga karena bertentangan dengan hadits-hadits shahih yang menerangkan keadaan arwah orang yang telah meninggal dunia.
Perjalanan ruh setelah kematian

Berdasarkan hadits-hadits yang stabit dari Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam menyebutkan bahwa keadaan ruh setelah seseorang bertemu dengan kematian adalah pertama-tama ruh itu akan dibawa ke langit, dan setelahnya akan dikembalikan ke alam Kubur dan tinggal disana sampai datangnya hari kiamat. 

1.      Ruh dibawa kelangit

Hal ini berdasarkan beberapa hadits diantaranya bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda : “Sesungguhnya seorang hamba yang beriman, ketika terputus dari dunia dan memulai (kehidupan) akhirat, para malaikat turun kepadanya dari langit, wajahnya putih, wajah mereka seperti matahari. Bersamanya kain kafan dari surga dan minyak wangi dari surga. Sampai mereka duduk sejauh mata memandang. Kemudian didatangkan malaikan maut alaihissalam. Lalu dia duduk di kepalanya seraya mengatakan, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridoan Allah. Maka (ruh) keluar lepas seperti tetasan air yang mengalir dari tempat minuman. Maka dibawanya ruh itu dengan sepenuh perhatian tidak lengah sedikipun. Lalu dibawa dan diletakkan di kafan itu dengan minyak wangi itu, sehingga keluar darinya bau sangat wangi yang didapatkan di atas bumi. Berkata, “Kemudian dia dibawa naik olehnya, tidaklah melewati sekumpulan malaikat kecuali mereka mengatakan, “Apa gerangan ruh yang baik ini?” mereka menjawab, “Ini fulan bin fulan.” dengan menyebutkan nama terbaiknya yang mereka namakan di dunia. Hingga selesai dari langit dunia, lalu mereka meminta izin untuk dibukakan baginya, dan dibukakan untuk mereka, dan setiap makhluk di langit ikut menghantarkan sampai ke langit setelahnya sampai selesai di langit ketujuh. Maka Allah Azza Wajalla berfirman, “Tulislah kitab hamba-Ku ini di Illiyyin dan kembalikan dia ke bumi. Karena Saya ciptakan darinya dan ia dikembalikan dan nanti akan di keluarkan lagi.Maka ruhnya dikembalikan ke jasadnya, sampai datang dua malaikat dan mendudukkannya….”  kemudian disebutkan hadits tentang pertanyaan kubur.

Kemudian disebutkan mencabut ruh orang kafir dan mengatakan, “Mereka membawannya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan mereka mengatakan, “Ruh busuk apa ini.” Mereka mengatakan fulan bin fulan, dengan nama terjelek yang mereka namakan di dunia. Sampai ke langit dunia. Dan meminta dibukakan, namun tidak dibukakan untuknya... (sampai dilafadz) kemudian disebutkan pertanyaan kubur." (HR. Ahmad)

2.      Ruh dibawa ke alam Kubur

Setelah ruh dikembalikan ke bumi, ia akan masuk ke alam kubur.  Di alam ini seseorang akan mendapatkan nikmat Kbur atau sebaliknya siksa Kubur. Sesuai dengan amalannya ketika masih hidup di dunia.
Hal ini berdasarkan hadits shahih riwayat Imam Ahmad rahimahullah Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam bersabda : Kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya, lalu keduanya bertanya, “Siapakah Tuhanmu ?” Dia (si mayyit)menjawab, “Tuhanku Allah”.

Kedua malaikat itu bertanya, “Apa agamamu ?”Dia menjawab: “Agamaku Islam”. Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini ?” Dia menjawab, “Beliau utusan Allah”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah ilmumu?” Dia menjawab, “Aku membaca kitab Allah, aku mengimaninya dan membenarkannya”.

Lalu seorang penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) benar, berilah dia hamparan dari surga, (dan berilah dia pakaian dari surga), bukakanlah sebuah pintu untuknya ke surga.
Maka datanglah kepadanya bau dan wangi surga. Dan diluaskan baginya di dalam kuburnya sejauh mata memandang. Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan kepadanya, berpakaian bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan, “Bergembiralah dengan apa yang menyenangkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan (kebaikan)”. Maka ruh orang Mukmin itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang shalih”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, tegakkanlah hari kiamat, sehingga aku akan kembali kepada istriku dan hartaku”.
Pertanyaan ini juga dilontarkan kepada orang ingkar.  Kemudian ruhnya dikembalikan di dalam jasadnya. Dan dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya. Kedua malaikat itu bertanya, “Sipakah Rabbmu?” Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah agamamu?” Dia menjawab, “Hah, hah, aku tidak tahu”.Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?”Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”.
Lalu penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) dusta, berilah dia hamparan dari neraka, dan bukakanlah sebuah pintu untuknya ke neraka.” Maka panas neraka dan asapnya datang mendatanginya. Dan kuburnya disempitkan, sehingga tulang-tulang rusuknya berhimpitan.
Dan datanglah seorang laki-laki berwajah buruk kepadanya, berpakaian buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan, “Terimalah kabar yang menyusahkanmu ! Inilah harimu yang telah dijanjikan (keburukan) kepadamu”. Maka ruh orang kafir itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, janganlah Engkau tegakkan hari kiamat”. (HR. Ahmad)

Selanjutnya keadaan ruh itu jika dia adalah orang yang shalih akan diberikan kebebasan untuk terbang kemanapun ia kehendaki. Disebutkan dalam hadits : “Ruh-ruh mereka berada didalam burung-burung yang hijau, memiliki sarang yang bergelantungan di 'Arsy, pergi ke surga sekehendaknya, kemudian kembali ke sarangnya.” (HR. Muslim)

Berkata Syaikh Ibnu Taimiyyah "Ruh orang beriman ada di surga, meskipun terkadang dikembalikan ke jasadnya, sebagaimana juga secara asal (ketika hidup-pen) ruh itu tinggal di dalam badan, tapi terkadang dibawa naik ke langit seperti ketika tertidur…"[2]


Penutup

Perkara ruh adalah perkara ghaib, dan atas segala perkara ghaib sikap orang beriman hanyalah menerima berita yang valid yang bersumber dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu‘alaihi wasallam semata.

Inilah iman yang akan membedakan antara orang yang mukmin dengan orang kafir. Sehingga, seorang mukmin akan beriman kepada seluruh perkara yang diberitakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sama saja baginya, apakah dia mampu mengetahuinya dengan panca inderanya atau tidak. Sama saja baginya, apakah akalnya mampu menjangkaunya atau tidak. Sikap seorang mukmin yang demikian ini berbeda dengan sikap orang-orang zindiq yang mana mereka mendustakan perkara-perkara ghaib hanya karena akalnya tidak mampu menjangkaunya.

Dan keimanan kepada perkara ghaib termasuk dalam masalah ruh tidak boleh terkotori oleh riwayat-riwayat yang tidak berdasar dan hal-hal yang berbau khurafat lainnya.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (Q.S. Al-Isra’ 17: 36).

Demikian, Wallahu a’lam.





[1] Diantara hasil Masail Muktamar Nahdhatul Ulama ke-5 di Pekalongan pada tanggal 13 Rabiul Tsani 1349 H/ 7 September 1930. No. 101, demikian juga ditegaskan oleh fatwa Tarjih Muhamadiyah tahun 2007.
[2] Majmu' al Fatawa (4/ 446).

0 comments

Post a Comment